Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye Ruang Menyusui, seperti Ini Reaksi Orang-orang Saat Diminta Makan di Toilet

Kompas.com - 20/08/2018, 10:53 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengadaan ruang menyusui di gedung-gedung perkantoran dinilai masih minim. Tak adanya ruang menyusui membuat para ibu menyusui harus menyusui bayinya atau memerah ASI di toilet, atau ruangan lain yang tidak bisa dijamin kebersihannya.

Hal ini membuat Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) membuat sebuah video kampanye berupa iklan layanan masyarakat yang dinamakan "AIMI Eatery Project".

Pernahkah Anda terbayang menyantap makanan Anda di dalam bilik toilet?

Sebagai orang dewasa, kita punya pilihan untuk tidak menyantap makanan kita di toilet. Sayangnya, para bayi tidak punya pilihan ini ketika sebagian besar gedung perkantoran di Jakarta tidak memiliki ruang khusus menyusui. Ketidaktersediaan ini yang memaksa para ibu memompa atau memerah ASI bahkan menyusui bayinya di dalam toilet.

Sudah menjadi hal yang tidak disangkal lagi bila toilet umum merupakan sarang bakteri, dari Salmonella, E.Coli, hingga berbagai macam bakteri lainnya.

Penyebaran bakteri di dalam toilet bisa terjadi melalui berbagai macam cara, dari penyebaran secara aerosol (udara), maupun kontak langsung ketika menyentuh benda-benda yang ada di toilet.

Ketika ibu memerah ASInya, tentunya bakteri akan sangat mudah masuk ke dalam cairan ASI yang menyebar secara aerosol. Ketika memegang gagang pintu toilet dan alat pompa ASI saja sudah terjadi beratus hingga berjuta perpindahan bakteri ke tangan atau alat memerah ASI yang dipergunakan.

Daya imunitas bayi yang belum sempurna akan sangat rentan terhadap berbagai infeksi.

Apakah kita akan berdiam saja terhadap hal ini?

Demikian kata-kata yang mengawali video kampanye tersebut.

Dalam kampanye ini, AIMI mengundang HRD perusahaan swasta dan anaknya untuk mencoba beberapa menu di sebuah restoran "The Eatery".

Saat dipersilakan memasuki ruangan, para pengunjung terlihat heran saat mengetahui bahwa restoran itu di dalam sebuah toilet.

Selengkapnya, lihat video berikut:


Saat dihubungi Kompas.com, Ketua Umum AIMI Nia Umar mengatakan, kampanye ini dibuat karena 40 persen gedung perkantoran di Jakarta tidak mempunyai fasilitas ruang menyusui.

"Belum ada kesadarannya aja, mungkin ada kantor-kantor yang belum melihat urgensinya. Padahal, banyak para ibu yang mulai bekerja dan membutuhkan fasilitas itu," kata Nia, Sabtu (18/8/2018).

"Agar masyarakat sadar pentingnya ruang menyusui," lanjut dia.

Selama ini, AIMI juga berupaya membantu kantor-kantor yang membutuhkan proposal pengajuan ruang menyusui.

"Beberapa kali dimintai tolong beberapa HRD dan karyawati suatu perusahaan," ujar Nia.

Nia mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan ruang menyusui yang ideal, di antaranya: 

1. Ruangan menyusui nyaman dan tidak panas.
2. Ruangan dapat dikunci dari dalam sehingga tidak semua orang bisa masuk.
3. Besarnya ruangan disesuaikan dengan jumlah orang yang perlu menyusui (ruangan cukup).
4. Ruang menyusui sebaiknya tidak dekat dengan toilet atau mushala sehingga tidak lembab.
5. Disediakan wastafel.
6. Disediakan tempat duduk yang nyaman.
7. Jika memungkinkan, disediakan kulkas untuk menyimpan ASI perah.

Tidak hanya memfasilitasi dalam bentuk ruang menyusui yang ideal, perusahaan juga perlu memberikan waktu untuk para ibu memerah ASI.

"Ibu menyusui menguntungkan buat perusahaan, risiko anak sakit berkurang, ibunya rajin bekerja," kata dia.

Kompas TV Presiden Joko Widodo, mengajak Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, blusukan di Desa Tangkil, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com