Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Bahaya Glorifikasi Generasi Milenial

Kompas.com - 23/08/2018, 07:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAGAIMANAPUN modus hidup generasi milenial saat ini masih hipotetis. Generasi ini dikenal cerdas, kreatif, multitasking, techno savvy, dan segudang kecakapan nonkonvensional lainnya.

Berbagai kecakapan itu diperoleh dari zaman yang berlimpah ruah atau abundance ini. Di sisi lain, generasi milenial punya kerentanan justru karena ia hidup dan dibesarkan di zaman itu. Sebuah ironi.

Era abundance ini memberikan berbagai fasilitas dengan mudah, yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Generasi pendahulunya, X, menikmati fasilitas dengan proses panjang, contohnya dalam karier.

X beradaptasi dalam keterbatasan sampai kemudian masuk ke era abundance. Sebaliknya, millenials langsung masuk dalam pusaran abundance tadi tanpa lewati masa keterbatasan.

Generasi milenial dapat akses berbagai informasi, jejaring sosial, dan berbagai event bergengsi lewat internet. Internet membuat sekat, batas, dan jarak menjadi tak lagi relevan.

Dengan cara begitu, mereka dapat merengkuh berbagai modal dengan begitu mudah. Lalu lintas barang dan jasa pun semakin murah sehingga membuat semua hal menjadi lebih mudah diakses.

Namun boleh jadi, kemudahan itu tak selaras dengan bangunan sikap mentalnya. Sikap mental ini adalah proses yang embedded atau menubuh dalam dirinya. Sebuah kondisi batin seseorang bagaimana ia merespons, meyakini, menilai, menghayati suatu hal.

Generasi milenial boleh jadi tak sempat membangun sikap mentalnya dengan kokoh ketika koneksi begitu tinggi.

Sebagai contoh, mereka sulit berkonsentrasi mengerjakan suatu hal. Karena bosan, ia langsung berpindah ke gawainya. Lambat laun pekerjaan terbengkalai.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke