BAGAIMANAPUN modus hidup generasi milenial saat ini masih hipotetis. Generasi ini dikenal cerdas, kreatif, multitasking, techno savvy, dan segudang kecakapan nonkonvensional lainnya.
Berbagai kecakapan itu diperoleh dari zaman yang berlimpah ruah atau abundance ini. Di sisi lain, generasi milenial punya kerentanan justru karena ia hidup dan dibesarkan di zaman itu. Sebuah ironi.
Era abundance ini memberikan berbagai fasilitas dengan mudah, yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Generasi pendahulunya, X, menikmati fasilitas dengan proses panjang, contohnya dalam karier.
X beradaptasi dalam keterbatasan sampai kemudian masuk ke era abundance. Sebaliknya, millenials langsung masuk dalam pusaran abundance tadi tanpa lewati masa keterbatasan.
Generasi milenial dapat akses berbagai informasi, jejaring sosial, dan berbagai event bergengsi lewat internet. Internet membuat sekat, batas, dan jarak menjadi tak lagi relevan.
Dengan cara begitu, mereka dapat merengkuh berbagai modal dengan begitu mudah. Lalu lintas barang dan jasa pun semakin murah sehingga membuat semua hal menjadi lebih mudah diakses.
Namun boleh jadi, kemudahan itu tak selaras dengan bangunan sikap mentalnya. Sikap mental ini adalah proses yang embedded atau menubuh dalam dirinya. Sebuah kondisi batin seseorang bagaimana ia merespons, meyakini, menilai, menghayati suatu hal.
Generasi milenial boleh jadi tak sempat membangun sikap mentalnya dengan kokoh ketika koneksi begitu tinggi.
Sebagai contoh, mereka sulit berkonsentrasi mengerjakan suatu hal. Karena bosan, ia langsung berpindah ke gawainya. Lambat laun pekerjaan terbengkalai.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.