Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Lici Murniati, Pemilik Darah Rhesus Negatif

Kompas.com - 28/08/2018, 15:33 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Komunitas Rhesus Negatif Indonesia Lici Murniati, yang juga pemilik varian golongan darah rhesus negatif bercerita tentang pengalaman hidupnya dengan golongan darah yang terbilang langka.

Dalam sistem ABO golongan darah manusia terdapat 4 golongan darah, yakni A, B, AB, dan O.

Selain itu, ada pula sistem penggolongan darah berdasarkan rhesus yaitu rhesus positif rh (+) dan rhesus negatif rh (-).

Lici mengisahkan, awalnya tak mengetahui bahwa ia memiliki rhesus negatif. Hingga akhirnya 7 tahun lalu, Lici harus menjalani cek golongan darah sebelum menjalani sebuah operasi.

“Terus masih gak percaya, dan saya abaikan. Sama dokter juga sepertinya kurang diperhatikan, karena saya gak di-warning bahwa ini langka dan sulit bila saya butuh. Untung saya waktu itu tidak sampai memerlukan darah,” ujar Lici kepada Kompas.com, Senin (27/8/2018).

Baca juga: Mengenal Rhesus Negatif, Bukan Kelainan Darah dan Tidak Berbahaya

Beberapa waktu kemudian, Lici menjadi panitia donor darah di tempatnya bekerja dan ikut menyumbangkan darahnya.

Sepekan setelahnya, ia mengaku dihubungi oleh Palang Merah Indonesia (PMI) dan diinformasikan bahwa ia memiliki golongan darah O rhesus negatif.

Selanjutnya, Lici diminta untuk menjadi pendonor standby jika dibutuhkan.

Sejak saat itu, Lici menyadari bahwa darah yang ia miliki ternyata langka dan akan sulit untuk mendapatkan darah sejenis jikat terjadi sesuatu saat membutuhkan donor darah.

“Lebih ke antisipasi. Begitu tahu, langsung cari tahu dan bergabung komunitas dan sekarang kebetulan jadi ketua umumnya,” kata wanita kelahiran Jakarta ini.

Darah langka

Lici menceritakan, pengalamannya selama ini sebagai pemilik darah langka yang kerap dipandang sebagai kelainan darah atau penyakit tertentu oleh orang lain.

“Pemahaman rhesus negatif yang masih minim itu kadang menimbulkan presepsi keliru. Kamu bisa sembuh kan? Rhesus negatif itu seperti kelainan darah?" ujar Lici menirukan apa yang orang lontarkan kepadanya.

Baca juga: Sulitnya Cari Darah dengan Rhesus Negatif

Pemahaman yang kurang dan cenderung keliru, menurut Lici, karena minimnya sosialisasi tentang rhesus negatif kepada masyarakat.

“Rhesus negatif bukan penyakit, bukan kelainan darah, tapi hanya salah satu varian dari golongan darah,” kata dia.

Selama aktif di komunitas Rhesus Negatif Indonesia, Lici berbagi pengalamannya dan menangani berbagai permintaan terhadap darah rhesus negatif.

“Banyak yang mendadak. Akhirnya kami berpacu seakan-akan bertanggung jawab sama hidup mati orang. Contoh, permintaaan untuk operasi bypass. Besok pagi mau operasi, malam ini baru mencari-cari. Padahal itu operasi besar,” kata Lici.

Sementara, stok darah dengan rhesus negatif sangat minim. Di Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta, stok darah ini ada, tetapi dengan jumlah yang terbatas.

Berbeda halnya dengan PMI di daerah yang masih kesulitan menyediakan stok darah rhesus negatif ini.

Lici mengakui, selama ini hampir semua kebutuhan darah rhesus negatif dapat terpenuhi.

“Sesulit apapun kami usahakan,” kata Lici.

Lebih jauh, ia mengatakan, tantangannya adalah membuat petugas medis atau dokter untuk lebih informatif terhadap pasiennya yang memiliki darah rhesus negatif.

Adapun, untuk menyosialisasikan soal rhesus negatif ini, komunitas Rhesus Negatif Indonesia menyebarkan awareness serta informasi seputar rhesus darah melalui berbagai saluran, seperti situs rhesusnegatif.com, akun twitter @rhesusnegatifID, serta laman Facebook Blood Group Rhesus Negatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com