Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/09/2018, 08:08 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com - Jika ada yang menyebut Garut sebagai salah satu daerah terbesar pemasok pemangkas rambut di Indonesia, maka anggapan itu tak salah. 

Hampir di sebagian besar sudut kota-kota di Indonesia, kita dapat dengan mudah menemukan pangkas rambut “Asgar”—singkatan Asli Garut.

Asgar menjadi label, sekaligus kebanggaan. Asgar bukan sekadar tempat, melainkan ciri kemampuan di tiap-tiap pemangkas asal Garut. 

Sebab, para pemangkas Garut tak terbatas berkreasi pada gerai “Asgar”, mereka juga tersebar di berbagai pangkas rambut modern yang kini melabeli diri mereka sebagai barbershop.

Lantas, bagaimana awal mula Garut kini erat dengan label pangkas rambut?

Adalah Pak Idi, yang menurut para sesepuh pencukur rambut asal Banyuresmi—Aman dan Ana Muhammad Ridwan —yang memulai tradisi profesi pangkas rambut.

Banyuresmi sendiri menjadi salah satu daerah dengan penghasil pemangkas rambut terbesar di Garut.

Aman, salah seorang sesepuh pangkas rambut asal Banyuresmi, Garut.KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Aman, salah seorang sesepuh pangkas rambut asal Banyuresmi, Garut.

"Saya belajar pangkas dari Pak Idi, dan boleh dibilang dia adalah orang yang memulai tradisi pangkas rambut Garut hingga saat ini," kata Aman yang lahir tahun 1931, saat berbincang dengan Kompas.com yang ikut dalam perjalanan Chief Barber Voyage 2018, Banyuresmi, Garut.

Aman bercerita, dua pentolan pangkas rambut Garut itu, Idi dan kawannya Ini, memulai tradisi pangkas rambut dengan mendirikan gerai pangkas "Dimensi" yang terletak di kawasan Kramat, Jakarta.

Sukses di Jakarta tak membuat Ini dan Idi lupa diri. Terbukti, mereka sering pulang ke kampung halaman, lalu membuka diri untuk melatih siapa pun pemuda di Banyuresmi, termasuk Aman.

Memulai belajar pada tahun antara 1941-1942, Aman belum terpikir menekuni profesi pangkas. Aman muda besar sebagai petani hingga tahun 1950-an. Lalu dia mantap beralih profesi setelah pemangkas tahun 1955 dengan pindah ke Jakarta.

"Alasan pindah, selain karena kondisi ekonomi juga karena memang situasi DI/TII di Garut," kata Aman.

Cerita ini juga diamini oleh Ana, sesepuh pemangkas rambut lain asal Garut, yang kini menginjak usia 73 tahun.

Ana terpaksa melarikan diri ke Jakarta pada tahun 1958, tepat setelah menyelesaikan ujian nasional. Ana ketakutan karena situasi Garut tak kondusif, di mana DI/TII memaksa merekrut para pemuda untuk bergabung.

Ana pun mengaku termasuk menjadi target, namun berhasil lolos karena memilih kabur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com