Seorang pria usia akhir 20-an datang ke ruang praktek karena penambahan berat badan yang tak terkontrol. Ia sudah mencoba mengatur pola makan dan berolah raga, namun alih-alih turun, berat badannya justru malah bertambah.
Kenapa ia datang ke klinik? Karena ia curiga masalah berat badannya ini berkaitan dengan kesehatan tidurnya.
Ia seorang pekerja shift dengan pola tidur tidak teratur. Dalam seminggu ia bekerja 4 hari, di malam hingga pagi hari. Praktis ia hanya tidur dua sampai tiga jam di malam hari, dan dua tiga jam lagi di siang hari.
Selama pemulihan tiga hari tak bekerja pun, ia menjadi sulit menjaga pola tidur. Diagnosis saya adalah: Circadian Rhythm Disorder Shift Worker Type.
Pengobatannya? Mengatur pola dan perilaku tidur.
Fakta Ilmiah
Tapi bagaimana gangguan tidur bisa menyebabkan penambahan berat badan? Bukankah seharusnya semakin pendek tidur seseorang justru berat badan semakin turun?
Hubungan antara kesehatan tidur dan berat badan mulai diketahui di awal tahun 2000-an. Penelitian tahun 2005 ke atas menunjukkan bukti positif hubungan gangguan tidur dan berat badan.
Belakangan ada dua penelitian terbaru yang turut menambahkan sederetan publikasi di bidang ini. Satu penelitian dilakukan di Korea, sementara lainnya di Swedia.
Baca juga: Sering Ngorok dan Mengantuk Saat Siang? Waspadai Sleep Apnea
Kelompok peneliti dari Korea melihat hubungan antara durasi tidur, kualitas tidur dan indeks massa tubuh (BMI) pada populasi Korea. Penelitian yang diterbitkan pada Journal of Clinical Sleep Medicine melihat data dari 107.718 orang, dan mengategorikan berdasarkan indeks massa tubuh. Hasilnya durasi tidur yang pendek secara langsung berkaitan dengan kegemukan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.