Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai, Bahaya di Balik Perawatan Ultherapy Palsu

Kompas.com - 07/09/2018, 18:53 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perawatan ultherapy saat ini semakin banyak dilirik sebagai terapi kecantikan non-bedah.

Presiden Direktur Miracle Group dokter Lanny Juniarti menjelaskan, ultherapy tak menggunakan energi laser untuk memberikan efek terapi, melainkan menggunakan gelombang ultrasound.

Gelombang tersebut akan difokuskan untuk mampu masuk ke lapisan kulit tertentu, dan ke kedalaman yang dapat diatur.

Perawatan ini akan merangsang pertumbuhan kolagen, sehingga kulit akan terangkat dan lebih kencang.

Jenis perawatan ini juga sudah lolos uji Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.

Baca juga: Cara Cynthia Giring Rawat Kulit Bayinya yang Sensitif

"Bisa memberikan efek di dalam atau di bawah lapisan kulit sehingga kulit lebih kencang karena pertumbuhan kolagen yang baru dalam kulit."

Demikian diungkapkan Lanny dalam peluncuran aplikasi Real Matters ID di The Hook Cafe, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018).

Perawatan ini juga bisa dilakukan oleh usia berapa pun.

Hanya saja, produksi kolagen sudah mulai menurun ketika seseorang memasuki usia matang, yakni 35 tahun ke atas.

Selain itu, kualitas kolagen juga dipengaruhi oleh pola hidup sehari-hari.

"Kalau pola hidup tidak bagus, merokok, terkena sinar ultraviolet, itu juga mempercepat rusaknya kolagen," ujar dia.

Pasien yang melakukan ultherapy sudah menembus satu juta pasien di seluruh dunia.

Founder Jakarta Aesthetic Clinic, dr Olivia Ong pada acara peluncuran aplikasi Real Matters ID di The Hook Cafe, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Founder Jakarta Aesthetic Clinic, dr Olivia Ong pada acara peluncuran aplikasi Real Matters ID di The Hook Cafe, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018).

Meski begitu, kita harus berhati-hati karena di beberapa tempat terdapat perawatan ultherapy palsu atau tidak original.

Bagaimana membedakannya?

Lanny menyebutkan, misalnya dari efektivitas perawatan yang tidak maksimal. Padahal, satu kali saja perawatan ultherapy sudah bisa menunjukkan hasil.

"Harga mungkin beda sedikit, tapi tidak dapat hasil akhirnya lalu datang ke kami. Jadi biayanya dua kali," tuturnya.

Hal senada diungkapkan Founder Jakarta Aesthetic Clinic, dokter Olivia Ong.

Dari tampak luar mungkin tak terdapat perbedaan yang mencolok. Namun, kulit dalam pasien bisa saja mengalami luka bakar.

"Karena terapinya dilakukan sembarangan dan energinya tidak terfokus," kata Olivia.

Beberapa alat ultherapy palsu juga tidak memiliki indikator visual yang asli. Biasanya bisa berupa video yang diputar terus menerus sehingga terlihat seperti asli.

Presiden direktur Miracle Group dr Lanny Juniarti pada acara peluncuran aplikasi Real Matters ID di The Hook Cafe, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Presiden direktur Miracle Group dr Lanny Juniarti pada acara peluncuran aplikasi Real Matters ID di The Hook Cafe, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018).

Padahal, kerja alat ultherapy sebenarnya mirip dengan USG untuk mengecek kandungan.

"Visualisasinya looping, palsu. Kami para dokter kan kerja harus ada bantuan seperti USG untuk mengerjakan, ada visualisasinya. Kalo enggak ada, terus gimana?" ucap dia.

Olivia pernah memiliki pengalaman didatangi beberapa pasien yang pernah menjalani perawatan ultherapy palsu.

Beberapa pasien tersebut mengalami luka bakar parah dan meninggalkan bekas, sehingga menyebabkan hiperpigmentasi.

Ukurannya cukup besar. Bahkan, kata Olivia, bisa sebesar mesin Ultherapy.

Kasus seperti itu biasanya akan sangat sulit diobati. "Kalau sudah hiperpigmen kayak udah flek gitu sulit ya."

"Flek aja ngobatin bekasnya susah, lebih baik mengobati jerawatnya," tutur Olivia.

"Apalagi se-intens itu dan sepekat itu warnanya, sebesar dan sejelas itu," sambun dia.

Cek keaslian

Sebelum melakukan perawatan, pastikan kita pergi ke tempat yang tepat. Tampilan klinik kecantikan yang meyakinkan tak menjadi jaminan alat ultherapy yang digunakan asli.

"Casing bisa saja menipu. Kalau kliniknya indah orang pasti tersugesti," ujar Olivia.

Harga juga tak selalu bisa menjadi patokan. Beberapa penyedia ultherapy palsu memasang harga yang jauh lebih rendah, namun yang lainnya memasang harga mirip dengan tarif asli.

Meski begitu, Olivia enggan membeberkan kisaran harga terapi di kliniknya. Sebab, kasus kulit setiap orang berbeda.

"Yang palsu juga pintar. Jika kliniknya bagus, pasang harganya juga bisa dekat (dengan yang asli)," tutur dia.

Teknik lainnya adalah melihat keaslian mesin lewat fisiknya. Pada kanan bawah layar, misalnya, terdapat logo FDA berwarna jingga. Logo tersebut dicetak langsung dari Amerika Serikat, sehingga sulit dipalsukan.

Presiden direktur Miracle Group dr Lanny Juniarti ketika mendemonstrasikan mesin Ultherapy pada acara peluncuran aplikasi Real Matters ID di The Hook Cafe, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Presiden direktur Miracle Group dr Lanny Juniarti ketika mendemonstrasikan mesin Ultherapy pada acara peluncuran aplikasi Real Matters ID di The Hook Cafe, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018).

Beberapa mesin palsu juga menunjukkan logo yang berbeda alih-alih menuliskan "ultherapy".

Cara lainnya, bisa pula menggunakan aplikasi terbaru yang diluncurkan Merz Aesthetic, yakni Real Matters ID.

Calon pasien bisa memindai QR code ultherapy di klinik yang dituju. Setiap klinik memiliki QR code masing-masing.

Ketika QR code yang dipindai tepat, maka pada aplikasi akan muncul informasi mengenai klinik tersebut.

Sementara jika salah, informasi yang diperoleh bisa tidak valid. Misalnya, muncul informasi tentang klinik lain.

Jika pasien menemukan klinik dengan mesin ultherapy palsu, tekan tombol "report" sehingga penyedia mesin ultherapy palsu bisa ditindak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com