Sejak saat itu, atlet Australia tersebut memutuskan puasa interniten untuk memecah dan memetabolismenya secara alami.
Setelah 12 bulan kemudian, ia melakukan pengecekan lewat MRI dan hasil pemeriksaan membuktikan jika potongan itu benar-benar hilang.
Baca juga: Pakailah Momen Puasa untuk Buang Racun dalam Tubuh, Begini Caranya...
Risiko puasa Intermiten
Meski memiliki berjuta manfaat, puasa intermiten juga tak luput dari risiko. Berikut risiko dari puasa intermiten menruut pakar kesehatan.
Baca juga: 10 Manfaat Luar Biasa dari Puasa
Tipe puasa intermiten
Metode puasa intermiten ini juga memiliki beragam tipe. Berikut tipe-tipe puasa intermiten.
1. Metode 16/8
Ini merupakan jenis puasa intermiten yang paling populer. Metode ini menerapkan puasa selama 16 jam setiap hari. Namun, kita bisa makan dalam delapan jam sisanya.
Baca juga: Diet 16:8, Cara Baru Turunkan Berat Badan
2. Makan-Berhenti-Makan
Metode ini dilakukan sekali atau dua kali seminggu. Jadi, kita tak boleh mengonsumsi makanan apapun saat malam hari sampai makan malam di hari berikutnya. Dengan kata lain, kita melakukan puasa selama 24 jam.
Riset telah menunjukkan puasa intermiten yang menerapkan konsumsi gula rendah dan diet rendah karbohidrat nan kaya buah, sayuran dan daging sangat baik untuk tingkat insulin tubuh kita.
Namun, riset menunjukan metode tersebut dapat meningkatkan risiko diabetes.
Baca juga: Jurus Baru Langsingkan Tubuh, Diet Makan, Berhenti, Makan
3. Metode 5:2
Metode ini menerapkan pola makan sekitar 500 hingga 600 kalori selama dua hari dalam seminggu, namun tetap makan sekitar 2000 kalori di lima hari lainnya.
Baca juga: 9 Tips untuk Diet 5:2 yang Harus Kamu Tahu...
Anthony Minichiello mengikuti metode 16/8. Menurutnya, metode ini merupakan cara yang paling sederhana dan paling mudah untuk diikuti.