KOMPAS.com - Berbicara mengenai berat badan, semua orang pasti ingin punya berat badan ideal. Karenanya berbagai jenis diet pun dicoba.
Nah, dari berbagai pola diet yang ada, puasa intermiten dianggap salah satu yang efektif untuk mengusir lemak di tubuh.
Di lain pihak, beberapa ahli sepakat sarapan adalah hal penting untuk memulai hari dengan maksimal.
Dengan tak melewatkan sarapan, tubuh bisa tetap memiliki energi tanpa merasakan lapar hingga tiba waktunya makan siang.
Bahkan, pakar kesehatan percaya jika melewatkan sarapan justru akan menambah berat badan.
Lantas, apakah puasa intermiten ini benar-benar efektif untuk menurunkan berat badan?
Untuk mengetahui jawabannya, kita harus mengenal lebih dalam mengenai puasa intermiten ini.
Puasa intermiten merupakan pengaturan pola makan yang menerapkan siklus puasa, alias makan hanya di jangka waktu tertentu dalam sehari. Program ini tidak meminta kita untuk menghindari atau mengonsumsi makanan khusus.
Ada beberapa jenis puasa intermiten, yang semuanya menerapkan prinsip untuk memperpanjang 'puasa' alami tubuh, yang terjadi saat kita tidur.
Namun, cara paling populer dari pola diet ini adalah melewatkan sarapan, dan mulai mengonsumsi makanan pada jam 12 siang, serta menutup sesi makan pada jam delapan malam.
Ini berarti, kita berpuasa selama 16 jam setiap hari dan membatasi waktu makan kita dalam jeda delapan jam.
Oleh karenanya, metode ini juga kerap disebut dengan metode diet '16/8'. Selama periode puasa, kita tidak boleh mengonsumsi makanan apapun.
Tapi, kita bisa mengonsumsi minuman, seperti air, teh, kopi dan minuman lainnya yang tak mengandung kalori.
Baca juga: Mau Sehat Selama Puasa? Ini 5 Kebiasaan yang Harus Dilakukan
Kita juga bisa mengonsumsi suplemen dan vitamin, asalkan tak mengandung kalori.
Beberapa bentuk puasa intermiten memperbolehkan kita mengonsumsi makanan rendah kalori selama periode puasa. Tapi, sebagian besar metode ini menyarankan kita untuk menghindarinya.
Lalu, apa keuntungan metode puasa intermiten ini?
Ini berkaitan dengan hormon, gen dan proses perbaikan sel yang kita kembangkan untuk mengatasi rasa lapar.
Manfaat puasa interminten ini juga tergantung dengan pola makan sehat di luar jam puasa. Berikut manfaat puasa intermiten.
Baca juga: Puasa untuk Umur Lebih Panjang
Anthony Minichiello, mantan atlet rugby dari Australia, juga mengaku menerapkan pola diet ini.
Menurutnya, puasa intermiten merupakan cara terbaik bagi tubuh untuk melawan infeksi dan mengurangi peradangan.
"Tubuh lebih baik dalam memperbaik dirinya sendiri ketika dalam kondisi berpuasa," tambahnya.
Semakin lama kita berpuasa, semakin banyak tubuh akan memproduksi makanan sendiri dan membersihkan sel tubuh.
Jadi, DNA lama, protein sel darah putih, semua akan dimakan oleh tubuh dan diubah. Inilah yang menjadi bagian dari proses pembersihan.
"Semakin lama saya berpuasa, semakin dalam fokus pikiran saya dan semakin banyak energi yang saya dapatkan," tambahnya.
Baca juga: Deddy Corbuzier: Diet OCD Gagal kalau Tidak Patuh
Hari berikutnya, hasil menunjukan hormon pertumbuhan, yang membantu melawan penuaan, meningkat produksinya.
Ia juga mengaku berpuasa membantunya mengatasi sendi di punggung yang rusak.
Ia bercerita jika satu setengah tahun yang lalu, sendi ruas tulang lumbarnya atau 'L4/5' putus, dan memiliki diameter satu sentimeter mengambang di sekitar punggung bawahnya.
Para dokter menyarankannya untuk menyingkirkannya. Tentu saja hal tersebut membuatnya kesulitan.
Sejak saat itu, atlet Australia tersebut memutuskan puasa interniten untuk memecah dan memetabolismenya secara alami.
Setelah 12 bulan kemudian, ia melakukan pengecekan lewat MRI dan hasil pemeriksaan membuktikan jika potongan itu benar-benar hilang.
Baca juga: Pakailah Momen Puasa untuk Buang Racun dalam Tubuh, Begini Caranya...
Risiko puasa Intermiten
Meski memiliki berjuta manfaat, puasa intermiten juga tak luput dari risiko. Berikut risiko dari puasa intermiten menruut pakar kesehatan.
Baca juga: 10 Manfaat Luar Biasa dari Puasa
Metode puasa intermiten ini juga memiliki beragam tipe. Berikut tipe-tipe puasa intermiten.
1. Metode 16/8
Ini merupakan jenis puasa intermiten yang paling populer. Metode ini menerapkan puasa selama 16 jam setiap hari. Namun, kita bisa makan dalam delapan jam sisanya.
Baca juga: Diet 16:8, Cara Baru Turunkan Berat Badan
2. Makan-Berhenti-Makan
Metode ini dilakukan sekali atau dua kali seminggu. Jadi, kita tak boleh mengonsumsi makanan apapun saat malam hari sampai makan malam di hari berikutnya. Dengan kata lain, kita melakukan puasa selama 24 jam.
Riset telah menunjukkan puasa intermiten yang menerapkan konsumsi gula rendah dan diet rendah karbohidrat nan kaya buah, sayuran dan daging sangat baik untuk tingkat insulin tubuh kita.
Namun, riset menunjukan metode tersebut dapat meningkatkan risiko diabetes.
Baca juga: Jurus Baru Langsingkan Tubuh, Diet Makan, Berhenti, Makan
3. Metode 5:2
Metode ini menerapkan pola makan sekitar 500 hingga 600 kalori selama dua hari dalam seminggu, namun tetap makan sekitar 2000 kalori di lima hari lainnya.
Baca juga: 9 Tips untuk Diet 5:2 yang Harus Kamu Tahu...
Anthony Minichiello mengikuti metode 16/8. Menurutnya, metode ini merupakan cara yang paling sederhana dan paling mudah untuk diikuti.
“Saya secara alami makan dengan cara ini. Saya biasanya tidak terlalu lapar di pagi hari, dan tidak merasa harus makan sampai sekitar jam 1 siang," ucapnya.
Ia juga mengaku jika ia mengonsumsi makanan terakhirnya antara jam 6 hingga 9 malam.
Jadi, secara alamiah ia berpuasa selama 16 hingga 19 jam setiap hari.
Puasa intermiten tak serumit yang kita duga. Meskipun saat awal mempraktikannya kita merasa kelaparan, dengan mengonsumsi makanan sehat yang kaya serat seperti buah dan sayur, serta protein dan lemak baik, ini akan membuat nafsu makan menurun.
Namun, bagi mereka yang terbiasa mengonsumsi karbohidrat, tentu perlu proses adaptasi yang lama. Berikut tips untuk memulai puasai intermiten.