Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2018, 17:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Gangguan kesuburan atau infertilitas kini dapat diatasi dengan berbagai usaha, mulai dari mengatur pola makan, pemberian hormon, hingga program bayi tabung.

In Vitro Fertilization (IVF) atau awam mengenalnya dengan program bayi tabung merupakan pilihan cara pembuahan yang semakin populer yang digunakan oleh pasangan yang tidak subur.

Teknologi kedokteran untuk mengatasi infertilitas di Indonesia tidak kalah dengan negara-negara maju lainnya.

Menurut Dr.Ivan Riza Sini, Sp.OG, angka keberhasilan bayi tabung di Indonesia bisa mencapai 45 persen, terutama jika usia calon ibu kurang dari 35 tahun.

Walau demikian, menurut Ivan, masih banyak pasangan yang menganggap program bayi tabung sebagai jalan terakhir untuk mengusahakan kehamilan.

"Stigma program bayi tabung sebagai opsi terakhir perlu diluruskan. Nyatanya ada beberapa kondisi penyebab infertilitas yang tidak punya pilihan lain selain dengan bayi tabung," katanya.

Ia menjelaskan, ada kondisi yang membuat pasangan suami istri tidak bisa hamil secara alami atau pun teknologi reproduksi berbantu seperti inseminasi atau terapi hormon.

Kondisi tersebut antara lain ada sumbatan atau kerusakan pada saluran indung telur dan juga azoospermia atau pria tidak memiliki sperma yang cukup atau steril.

Baca juga: Mewujudkan Mimpi Jadi Orangtua dengan Bayi Tabung

Lewat program bayi tabung, pembuahan sel telur dilakukan di luar tubuh. Sel telur diambil dari indung telur dan dibuahi dengan sperma yang sudah disiapkan di laboratorium.

Embrio yang telah terbentuk lalu ditanamkan kembali ke rahim ibu, biasanya 2-3 embrio guna memperbesar peluang kehamilan.

Embrio itu diharapkan tumbuh sebagaimana layaknya pembuahan alamiah.

Faktor lain yang membuat program bayi tabung sebagai pilihan terbaik adalah riwayat keguguran berulang serta infertilitas yang tidak jelas (unexplained).

Menurut dr.Arie A.Polim Sp.OG(K), infertilitas yang tidak jelas merupakan kondisi di mana hasil pemeriksaan pasangan suami istri menunjukkan semuanya normal tetapi tetap tidak terjadi kehamilan.

"Herannya setelah mengikuti program bayi tabung dan berhasil hamil, kehamilan setelahnya jadi mudah," kata Arie.

Berbeda dengan satu dekade lalu, saat ini usia pasangan suami istri yang mengikuti program bayi tabung semakin muda.

"Kalau dulu biasanya pasangan suami istri keliling dulu, mencoba cara ini itu dan baru mulai di usia akhir 30-an," kata Prof.Soegiharto Sp.OG.

Ia menambahkan, saat ini kesadaran banyak pasangan untuk memeriksakan diri sejak awal sudah semakin baik. Jika program bayi tabung dilakukan sebelum usia 35 tahun, angka keberhasilan pun tinggi.

"Penyebab infertilitas dari dulu dan sekarang sama saja, namun kalau dimulai lebih awal keberhasilannya besar," kata pakar kesuburan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com