Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2018, 18:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Meski kemajuan kedokteran untuk program bayi tabung sudah dikenal di dunia selama hampir 40 tahun, namun masih banyak mitos keliru yang dipercaya masyarakat.

Mitos yang salah tersebut membuat program bayi tabung (In Vitro Fertilization) di Indonesia belum menjadi pilihan utama pasangan suami istri yang kurang subur.

"Pelayanan IVF memang masih punya persepsi yang harus diluruskan," kata dokter spesialis kandungan dan fertilitas Dr.Ivan Riza Sini, Sp.OG.

Ketahui apa saja mitos keliru dan fakta seputar bayi tabung:

1. Program bayi tabung sebagai opsi terakhir
Kebanyakan pasangan suami istri akan mencoba berbagai cara nonmedis ketika kehamilan yang ditunggu tidak terjadi.

Program bayi tabung juga dianggap sebagai pilihan terakhir setelah bertahun-tahun mencoba cara lain.

"Nyatanya banyak penyebab infertilitas yang hanya bisa diatasi dengan bayi tabung, misalnya pria tidak punya sel sperma atau saluran indung telur buntu," kata Ivan.

Jika pasutri sudah memahami tentang bayi tabung dengan baik, menurut Ivan, mereka akan berobat lebih awal sehingga peluangnya untuk hamil lebih besar.

2. Lama dan sulit
Persepsi keliru lain yang banyak dipercaya adalah program bayi tabung butuh waktu yang lama dan sulit.

Faktanya, dengan perkembangan teknologi pengobatan dan laboratorium, program bayi tabung tak lagi memakan waktu lama.

Kini, pengambilan telur tidak perlu melalui pembedahan, cukup dengan kateter khusus. Pasien hanya dibius ringan sekitar 20 menit tanpa luka.

Telur kemudian dibuahi oleh sperma di cawan laboratorium sebelum bertumbuh menjadi embrio. Hanya butuh waktu 3-5 hari sebelum embrio ditanam di rahim ibu. Dua minggu setelahnya, pasien sudah bisa mengetahui apakah positif hamil atau tidak.

3. Angka keberhasilannya rendah
Menurut Ivan, angka keberhasilan program bayi tabung di klinik Morula IVF bisa mencapai angka maksimal yaitu 40-50 persen.

"Pada pasangan yang infertil, angka keberhasilan hamil secara alami hanya 5 persen setiap bulannya. Angka itu bisa meningkat 10 kali lipat dengan bayi tabung," ujarnya.

Keberhasilan bayi tabung bisa mencapai angka tersebut jika usia calon ibu kurang dari 35 tahun.

4. Biaya mahal
Biaya yang mahal menjadi alasan mengapa banyak pasutri yang ragu menjalani program bayi tabung.

Biaya yang harus dipersiapkan berkisar 50-70 juta. Menurut Ivan, biaya terbesar adalah untuk obat hormonal perangsang sel telur. Jika usia ibu belum terlalu tua, obat yang diperlukan tentu lebih sedikit.

Walau begitu, menurut dia, biaya yang dihabiskan untuk mencari berbagai pengobatan alternatif selama bertahun-tahun juga sering tidak murah.

"Biaya terbesar adalah waktu, padahal waktu sangat krusial untuk wanita yang ingin segera hamil," katanya.

Ivan menambahkan, jika sejak awal menikah pasutri sudah menabung, dalam dua tahun sebenarnya sudah bisa terkumpul biaya untuk program bayi tabung.

5. Pelayanan di Indonesia jelek
Menurut Ivan, kualitas dan pelayanan klinik kesuburan di Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain.

"Di seluruh dunia, angka keberhasilan program bayi tabung masih sama. Di klinik Morula IVF saat ini sudah lahir 3.000 bayi dari program bayi tabung," katanya.

Klinik Morula IVF, lanjut Ivan, juga memiliki sertifikasi dari Australia dan Selandia Baru, sehingga kualitasnya tidak perlu diragukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com