Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/09/2018, 10:08 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

"Ini saya ketahui dari perbincangan dengan ibu-ibu yang sudah berusia 70-an tahun di sana. Mereka ingat, yang masih menggunakan pewarna alam adalah ibunya," ungkap Torang.

Baca juga: Demam Tenun Tak Hanya Rambah Pasar Lifestyle, tapi Juga Korporasi

Usaha untuk membangkitkan pembuatan ulos dengan pewarna alam inilah yang sedang dilakukan.

"Mereka terampil menenun, tapi kurang pengetahuan tentang bahan baku. Itu yang kita lakukan saat ini, untuk mendampingi para penenun agar jangan asal pakai benang," kata Torang.

Seniman

Hal senada dituturkan Kerri Na Basaria, perwakilan Tobatenun yang juga ikut menggagas pameran ini. 

"Melestarikan budaya ulos dimulai dengan menempatkan para penenun bukan sebagai pekerja, tapi sebagai seniman. Menaikkan derajatnya," kata Kerri.

"Mereka harus lebih dulu dilepaskan dari belenggu mafia-mafia benang, monopoli. Hingga susah bagi penenun untuk mendapatkan bahan baku."

Dengan gerakan ini, kata Kerri, diharapkan pada saatnya nanti, para penenun hanya akan berkarya tanpa harus mengerutkan dahi dan berpikir lagi tentang bahan baku.

Baca juga: Keindahan Tenun Flores Karya Terpilih Lulusan LaSalle Collage

"Kita lihat, batik, ikat Sumba 'naik' jadi kain Nusantara, kita pun ingin ulos pun 'selevel' lah,"  kata Kerri.

Devi -dalam salah satu bagian kata sambutan di hadapan Menkeu, mengungkapkan niat Yayasan DEL yang menaungi acara tersebut untuk membangun kampung tenun ulos di Sumatera Utara.

Di dalamnya akan ada pendampingan, dan upaya untuk mengangkat kualitas hidup para penenun, serta melepaskan mereka belenggu para tauke yang memerah.

Menurut dia, stigma yang mengidentikan menenun dengan kemiskinan harus lebih dulu dihapus, demi menyelamatkan ulos dari kepunahan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

. Pameran ulos bertajuk "Ulos, Hangoluan & Tondi" digelar di Museum Tekstil, Jakarta, mulai 19 September hingga 7 Oktober 2018. . @kompascom @tobatenun

A post shared by Kompaslifestyle (@kompaslifestyle) on Sep 20, 2018 at 12:28am PDT

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com