Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos-mitos soal Obat Kuat Viagra yang Perlu Diluruskan

Kompas.com - 24/09/2018, 23:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mitos soal obat kuat pria, Viagra, seringkali membuat orang ‘ogah’ menggunakan pil biru tersebut.

Viagra adalah salah satu merek dagang untuk obat dengan kandungan sildenafil.

Obat ini digunakan untuk menangani disfungsi ereksi alias impotensi.

Obat ini bekerja dengan menghambat enzim phosphodiesterase-5 (PDE5), sehingga membuat otot polos di pembuluh darah penis dan paru-paru menjadi kendur dan meningkatkan aliran darah.

Nah,  tentu saja tak semua kabar buruk soal dampak buruk Viagra itu benar.

Laman Cleveland Clinic, merangkum penjelasan ahli urologi Drogo Montague yang meluruskan beberapa mitos tentang pil ini.

Mitos 1: Viagra buruk untuk kesehatan jantung

Montague memastikan mengasup Viagra akan baik-baik saja, selama tidak mengonsumsinya setelah mengasup obat golongan nitrat untuk kesehatan jantung.

Semula, Viagra dimaksudkan untuk mengobati angina (nyeri dada), namun di sisi lain memiliki efek samping ereksi lebih keras.

“Ini (Viagra) adalah obat yang tidak hanya mengobati angina dan baik untuk jantung, juga berfungsi pada penis saat obat lain tidak berfungsi serupa,” kata dia.

Seperti nitrat, Viagra pun membantu melebarkan pembuluh darah yang dikonstriksi oleh penyakit arteri koroner, pun menurunkan tekanan darah.

Jika kamu meminum dua obat secara bersama, tekanan darah bisa turun terlalu rendah, sehingga membuat berisiko terkena serangan jantung.

Baca juga: Tak Hanya Sebagai Obat Kuat, Viagra Berpotensi Cegah Kanker

Mitos 2: Viagra dapat merusak mata

Viagra tidak akan memiliki efek buruk pada mata selama tidak mengambil dosis berlebih—seperti 100 mg.

Bahan kimia dalam obat dapat secara temporer mengubah bagaimana cahaya menerpa mata, di mana penglihatan mata menjadi biru.

“Efek samping ini dapat terjadi jika dosis yang diasup lebih tinggi, tetapi itu jarang terjadi,” kata Montague. 

“Tidak ada dampak buruk pada mata, tetapi para pilot tidak dapat mengasup karena masalah soal warna.”

Mitos 3: Viagra menyebabkan ereksi jangka panjang

Meskipun ini mungkin terdengar menarik secara teoritis, kondisi yang dikenal sebagai priapisme ini bisa berbahaya.

Baca juga: Di Inggris, Viagra Segera Dijual Bebas, Ada Apa?

Untungnya, itu tidak benar-benar terjadi jika kamu hanya mengonsumsi Viagra.

“Sepengetahuan saya, Viagra tidak pernah menyebabkan ereksi berkepanjangan dengan sendirinya,” kata Montague.

“Tapi, itu bisa terjadi jika kamu juga mendapatkan terapi injeksi penis.”

Menggabungkan perawatan memiliki efek kumulatif—terapi injeksi penis membuat ereksi keras, dan menambahkan Viagra membuat mereka lebih keras dan bahkan lebih tahan lama.

Jadi, tetaplah di sisi yang aman dan jangan campurkan keduanya

Fakta: Viagra dapat mencegah pembengkakan penis

Bukan rahasia lagi bahwa Viagra membuat penis lebih keras saat berhubungan seks.

Namun, apa yang mungkin tidak kamu ketahui, Viagra pun dapat menyelamatkan penis dari cedera, jika mulai mengasup sejak dini.

Kalau kamu mengalami disfungsi ereksi, namun tidak segera konsultasi ke dokter hingga ereksi tak lagi keras, maka risikonya penis bisa rusak.

Montague mengungkapkan, berhubungan seks dengan ereksi yang nyaris tidak “cukup keras” dapat menekuk dan merobek jaringan penis, sehingga mungkin bisa membuat luka.

Baca juga: Apakah Ukuran Penis Memengaruhi Kesuburan Pria?

Jaringan parut tidak elastis seperti jaringan penis yang sehat, sehingga akan memaksa penis untuk membungkuk dengan ereksi di masa depan.

Hal ini yang disebut dengan penyakit Peyronie. Kondisi ini memengaruhi sembilan persen pria berusia antara 40 dan 75 tahun.

Banyak dari pria ini memiliki apa yang disebut Dr. Montague sebagai ketidakmampuan ereksi seperti dahulu. Saat berhubungan seks, penis menekuk dan bisa berisiko rusak.

Dengan mengasup viagra, maka akan membantu mencegah dan menghindari cedera yang berisiko seumur hidup. Ia juga menganjurkan untuk segera konsultasi ke dokter.

“Jika kamu mengalami masalah disfungsi ereksi, maka harus merasa yakin pergi ke dokter. Ini masalah umum,” kata Montague.

“Banyak pria merasa malu, tetapi seharusnya tidak. Bantuan tersedia, dan itu patut dicoba.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com