Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/09/2018, 14:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ahli telah lama mengklaim tidur siang memiliki manfaat menakjubkan untuk kesehatan.

Riset baru juga membuktikan tidur siang tak hanya menambah fokus dan kewaspadaan. Ada banyak manfaat tersembunyi dari aktivitas menyenangkan di siang hari ini.

Riset dari University of Tsukuba, Jepang, yang menggunakan tikus sebagai subjek penelitian telah membuktikan manfaat dari tidur siang.

Dari hasil riset, diketahui mutasi gen tunggal dapat meningkatkan jumlah tidur yang dibutuhkan tikus.

Inilah yang memberi inspirasi para peneliti untuk menganalisis kebiasaan tidur manusia.

Baca juga: Demi Kehidupan yang Lebih Baik, Jangan Malas Menata Tempat Tidur...

Laman the Independent menyebut, riset ini telah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Penelitian ini menguak mekanisme fisiologis yang mengatur kebiasaan tidur manusia.

Dalam penelitian ini, para periset menjalankan studinya dengan berpijak pada hasil penelitan terdahulu.

Yakni, terkait dengan mutasi protein yang disebut SIK3, dan juga pengujian akan efek terhadap kebiasaan tidur tikus. 

Dipantau tentang berapa lama tikus tertidur dan berapa lama terbangun. Sejalan dengan itu, mereka pun menguji aktivitas otak dalam kondisi tidur, serta kadar kewaspadaan saat berada dalam kondisi terjaga. 

Dari pengamatan itu ditemukan, dengan mutasi asam amino 551 menjadi SIK3, tikus jadi membutuhkan tidur lebih banyak dan terlelap dalam waktu yang panjang pula. Hal itu terpantau dari aktivitas otaknya.

Baca juga: Waspadai, Sering Ngantuk di Siang Hari Ancam Kesehatan Otak...

"Penemuan ini sangat menarik karena mutasi ini mempengaruhi periode tidur," papar Masashi Yanagisawa, salah satu periset.

"Ini menunjukkan bahwa SIK3 terlibat dalam mekanisme pengaturan terkait tidur yang sangat spesifik," tambahnya.

Takoto Honda, selaku pemimpin riset, menegaskan, kandungan asam amino dalam protein tersebut ditemukan pada hewan lainnya. Sehingga, artinya temuan ini pun relevan terhadap manusia. 

Lebih jauh, kesimpulan ini juga bisa bermanfaat bagi penelitian yang masih bergulir mengenai masalah gangguan tidur pada manusia. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com