Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral soal HIV Menular akibat Perawatan Wajah, Ini Penjelasan Dokter

Kompas.com - 27/09/2018, 21:21 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir viral perbincangan di media sosial mengenai seorang pasien yang mengaku mengidap HIV positif setelah menjalani perawatan wajah atau facial treatment.

Pasien itu mengatakan, klinik tempat ia menjalani perawatan menggunakan peralatan yang tidak steril. Sementara, peralatan tersebut berhubungan dengan darah untuk pencet jerawat.

Awalnya, pasien tersebut menuliskan pengalamannya di kolom komentar dalam kilas cerita di akun Instagram seorang aktivis kesehatan seksual Andrea Gunawan pada Sabtu (22/9/2018).

Ketika itu, Andrea membuat InstaStory tentang tes HIV di Puskesmas di sekitar Jakarta Pusat.

Kompas.com mencoba klarifikasi terkait informasi penyebaran HIV kepada salah satu dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Ismiralda Oke Putranti.

"Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh, termasuk darah, air mani/sperma, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV," ujar dr Oke saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (27/9/2018).

Staf pengajar ilmu kesehatan kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman ini menambahkan, HIV dapat bertahan hidup dan menular jika cairan yang terkontak cukup banyak dan dalam waktu kurang dari 1 menit atau relatif singkat.

Baca juga: Mari Memahami Perbedaan HIV dan AIDS

Lalu, apakah benar facial treatment bisa menyebabkan menularnya virus HIV?

"Seharusnya tidak jika prosedur dan alat-alat yang digunakan dalam tindakan facial sebelumnya telah melalui proses sterilisasi yang baik," ujar dr Oke.

Menurut Oke, dalam prosedur facial pada umumnya harusnya tidak menggunakan jarum suntik yang memungkinkan menyimpan cairan tubuh seseorang.

"Jikalau dimungkinkan untuk pakai, penusukannya hanya di permukaan saja, tidak sampai dalam, jadi sangat jarang menimbulkan risiko penularan," ujar dr Oke.

Oke juga menyebut beberapa faktor lain yang memengaruhi virus HIV dalam bertahan hidup meski terpapar di luar tubuh.

Pertama, HIV bisa bertahan hidup pada suhu kurang dari 4 derajat celcius. Sebaliknya, virus itu akan sulit bertahan hidup dalam suhu ruangan.

Kemudian, pH yang paling ideal bagi HIV untuk hidup antara 7.0-8.0 pH yang tidak sesuai membuat HIV tidak dapat bertahan lama.

Adapun, HIV dapat bertahan hidup dalam darah kering, bahkan hingga enam hari, meskipun jumlah virus yang hidup hampir tidak terdeteksi.

Selanjutnya, virus itu tidak akan hidup bila terpapar radiasi sinar ultraviolet (UV). Sebab, asam nukleatnya akan mengalami kerusakan, sehingga HIV tidak lagi dapat menyebabkan penyakit.

Dokter Oke juga mengimbau, untuk memperhatikan prosedur sterilisasi bagi alat-ala kesehatan.

"Prosedur sterilisasi mutlak dilakukan untuk alat-alat kesehatan, dalam bentuk apa pun yang digunakan berulang untuk beberapa pasien. Dan juga guna mencegah penularan segala jenis penyakit seperti HIV, hepatitis B, maupun hepatitis C," ujar Oke.

...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com