Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putus Cinta juga Pengaruhi Hubungan Pertemanan...

Kompas.com - 01/10/2018, 04:04 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang yang pernah melakukan ini: 'mengabaikan teman dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama kekasih'.

Tapi, apa yang terjadi saat putus cinta? Akahkah kita masih nyaman meminta dukungan dari teman-teman?

Riset yang diterbitkan dalam jurnal Families, Relationships and Societies, meneliti bagaimana persahabatan akan berubah bahkan hilang saat hubungan asmara kita terganggu.

Riset dilakukan oleh Dr Jenny van Hoff dari Manchester Metropolitan dan Dr Gaëlle Aeby dari University of Manchester.

Periset mencoba menganalisis kaitan antara hancurnya hubungan asmara dan persahabatan lewat forum diskusi internet, dengan menganalisis sekitar 370 postingan yang ditulis pada tahun 2009.

Periset menganalisis pengalaman seseorang ketika mengalami putus cinta, dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi lingkaran pertemanan mereka.

Periset menemukan, mereka yang mengalami kegagalan dalam asmara seringkali tak mendapat dukungan dari teman-temannya ketika hubungan romantis mereka berakhir.

Mereka yang putus cinta sering merasa terisolasi dan dikhianati, sehingga memperburuk trauma perpisahan yang dialami.

Periset juga menemukan kegagalan dalam hubungan asmara memiliki konsekuensi negatif dan tak terduga ketika hubungan berakhir.

"Temuan kami menunjukkan putusnya hubungan kekasih sering memiliki konsekuensi tak terduga untuk ikatan sosial lainnya," jelas Dr van Hooff.

Menurutnya, ketika dukungan dari teman dekat tak didapatkan, peserta merasa ditinggalkan dan kebingungan. Ini membuat mereka merasa diabaikan oleh teman-temannya.

Peserta memiliki harapan tinggi yang tidak proporsional terhadap teman-teman mereka.

Mereka yang sebelumnya mengabaikan teman-temannya ketika masih terlibat dalam hubungan asmara, kemudian berharap teman-temannya selalu ada saat dibutuhkan.

Baca juga: 7 Hal yang Bisa Anda Lakukan Setelah Putus Cinta

Sayangnya, sahabat yang diharapkan ada itu tidak selalu bersedia memenuhi harapan ini.

Ini membuat mereka yang mengalami masalah cinta merasa dikhianati secara mendalam, dan membuat mereka menganggap teman-teman ini tak setia, tidak tulus, dan 'palsu'.

Anggapan ini akan terbentuk, terutama saat teman-teman mereka lebih berpihak pada mantan kekasih daripada diri mereka sendiri.

Sementara itu, teman-teman yang memberi dukungan dianggap sebagai teman "nyata" dan "benar".

“Teman yang tidak menghubungi kita atau yang ingin tetap berteman dengan mantan pasangan bukan teman sejati," ucap salah satu perseta penelitian.

Menurutnya, mengalami putus cinta namun tak ada teman-teman yang memberi dukungan sungguh menyakitkan.

"Saya tidak bisa membayangkan mencoba untuk tetap berteman dengan siapa saja yang masih menganggap mantan saya sebagai teman," tambahnya.

Hal sulit lain yang dialami oleh mereka yang baru putus cinta adalah kembali ke lingkaran sosial.

Sering didominasi atau terlalu banyak menghabiskan waktu dengan pasangan, membuat mereka jauh dari lingkungan sosial lainnya.

Salah satu peserta juga mengatakan sangat sulit untuk berteman dengan mereka yang telah berpasangan atau telah menikah, seperti pertemanan ketika mereka masih dalam status single atau belum memiliki pasangan.

Wanita yang baru saja berpisah dari pasangannya biasanya menemukan diri mereka berada di pihak yang salah "dari norma-norma sosial".

Mereka merasa dikucilkan dari berbagai peristiwa dan pertemanan yang pernah menjadi bagian mereka.

Periset menyimpulkan dengan cara ini, perpisahan juga menjadi ‘cobaan’ untuk persahabatan.

Periset menduga perpisahan antar pasangan, membuat individu yang mengalaminya tidak siap untuk konsekuensi relasional dari transisi kehidupan kritis.

Dalam riset ini, peserta setuju untuk mencoba menjadi teman yang lebih baik dan menganggap perpisahan sebagai pembelajaran.

Periset memperingatkan bahwa "niat baik" ini mungkin tidak mudah dipenuhi, terutama dalam konteks pernikahan sebagai institusi sosial yang mengakar dengan norma dan praktik spesifik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com