Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Batik, dari Kraton Hingga Produk Mode Kekinian

Kompas.com - 02/10/2018, 05:05 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

 

Beragam corak

Ragam corak batik nusantara sangatlah kaya. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Batik Yogyakarta dan Surakarta (Solo), misalnya, punya ragam hias yang begitu klasik.

Ada delapan motif batik larangan yang tak bisa sembarang digunakan, seperti motif parang rusak barong, parang rusak gendrek, parang rusak klithik, semen gedge sawat grudha, semen gedhe sawat lor, udan riris, rujak senthe, dan parang-parangan yang bukan parang rusak.

Lalu batik lainnya lagi misalnya dari Madura, memiliki warna-warna yang berani sesuai dengan karakter orang-orang Madura yang berani dan tegas. Motif-motif batik Madura antara lain motif Tase Melaya (Tanjungbumi), Sekoh Bujel (Pamekasan), Gajar Sakereng (Tanjungbumi), Per Geper (Pamekasan), dan lainnya).

Lain lagi dengan batik dari tanah Priangan seperti Ciamis, Tasikmalaya dan Garut. Batik dari tanah Priangan dinilai sebagai simbol daya hidup dan keuletan. Motifnya juga khas.

Ciamis, misalnya, punya batik motif Galuh Pakuan dan Pisan Bali. Sedangkan Tasikmalaya punya batik bermotif Merak Ngibing yang berwarna terang dan Cupat Manggu. Sedangkan Garut punya motif batik seperti Limar dan Rereng Dokter Seling Kembang.

Diakui sebagai warisan budaya dunia

Tepat Sembilan tahun lalu di tanggal yang sama seperti hari ini, 2 Oktober, batik diakui sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia.

Pengakuan batik sebagai warisan dunia ini berlaku sejak Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau UNESCO, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009.

Dalam situs resminya, UNESCO menjelaskan bahwa teknik, simbolisme dan budaya terkait batik dianggap melekat dengan kebudayaan Indonesia. Bahkan, UNESCO menilai masyarakat Indonesia memaknai batik mulai dari prosesi kelahiran hingga kematian.

Meski begitu, seiring dengan perkembangan zaman batik sudah tak lagi identik dengan acara-acara tradisional atau ritual kebudayaan. Motif batik kini sudah menjadi produk mode yang kerap digunakan pada keseharian, baik formal maupun informal.

Batik menjadi busana kekinian

Sejumlah koleksi kolaborasi batik Mel Ahyar x Iwan Tirta Private Collection.Instagram @melahyarofficial Sejumlah koleksi kolaborasi batik Mel Ahyar x Iwan Tirta Private Collection.
Jika sebelumnya batik dianggap sebagai pakaian formal, tradisional, bahkan sempat hanya menjadi pakaian di lingkungan kerajaan, batik kini sudah menjadi produk mode.

Kita bisa melihat masyarakat di kesehariannya mengenakan batik sebagai busana kerja. Bahkan, pada hari-hari tertentu kita melihat hampir semua pekerja instansi pemerintahan menggunakannya.

Bagi sebagian orang, batik juga menjadi salah satu pilihan busana utama ketika menghadiri acara resmi, seperti pernikahan. Bentuk busana yang dikenakan pun semakin beragam.

Karya sejumlah desainer tanah air mungkin bisa menjadi contoh nyata aplikasi batik menjadi busana kekinian.

Koleksi “Er-lum”, misalnya. Koleksi kolaborasi desainer Mel Ahyar dengan Iwan Tirta Private Collection tersebut mengolah motif-motif batik peninggalan maestro batik Iwan Tirta.

Ribuan motif batik Iwan Tirta yang sarat akan pakem tradisional tersebut mampu diolah oleh Mel Ahyar menjadi koleksi busana kontemporer yang nampak kekinian tanpa menghilangkan ciri khas motif Iwan Tirta itu sendiri.

Karya Mel Ahyar diterjemahkan dalam bentuk potongan dress lurus hingga A-line dan beberapa kreasi outwear.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com