Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2018, 10:33 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan hanya motif dan warnanya, proses pembuatan kain batik pun bermacam-macam. Untuk itu kita harus teliti sebelum membeli.

Jika kamu ingin memiliki batik tulis atau cap, jangan sampai kamu tertipu dan pada akhirnya justru mendapatkan batik cetak (print).

Ternyata ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan untuk mengetahui proses pembuatan kain batik yang kita pegang.

1. Batik print akan terlihat terlalu sempurna

Sekilas mungkin kita akan sulit membedakan batik tulis dan cetak. Namun, jika dilihat dari dekat, kita bisa melihat ciri khas kerajinan buatan tangan manusia (handmade).

Desainer Denny Wirawan yang juga mengolah kain batik Kudus mengatakan, kain batik yang terlalu sempurna patut dicurigai sebagai batik printing.

"Kalau bicara handmade, kadang ada saja kecoret sedikit, titik, bunganya melengkuk sedikit," kata Denny ketika ditemui di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (1/10/2018).

Hal itu tak berarti batik tulis tidak sempurna. Namun, batik tulis yang menurutnya sempurna seringkali merupakan kain batik warisan leluhur.

"Bukan berarti enggak ada batik tulis yang sempurna, ada dan itu bikin saya merinding. Biasanya batik yang sangat sempurna warisan nenek moyang," ujarnya.

Adanya semburat atau titik-titik yang berada di luar pola juga bisa menjadi tanda kain batik tulis.

Pengrajin batik Kudus, Ummu Asiyati mengatakan, pada batik tulis nyaris selalu terdapat pecahan malam yang tertinggal.

"Merah, atau warna lain, pasti ada pecahan yang sembutat walaupun sekecil dan serapi apapun. Tapi, pada printing tidak ada," tuturnya.

Sama pula dengan batik cap. Meski memiliki pola yang sama, namun tekanan cap bisa saja berbeda-beda. Pengrajin juga bisa saja tidak membuat pola berulang, namun cenderung sembarang.

"Tekanan cap sendiri di satu tempat dan tempat lain akan tidak sama. Agak tebal, kepanasan sedikit, kurang panas dan sebagainya, pasti kelihatan dibandingkan print," ucap Ummu.

Namun, Ummu menambahkan, saat ini banyak penjual batik yang melakukan kombinasi. Mereka mencetak (print) terlebih dahulu motif batik, baru kemudian finalisasi dilanjutkan oleh para pembatik. Batik tersebut pun kemudian diklaim sebagai batik tulis.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com