Nah, rasa itu pula yang persis ada di dalam benak mertuamu.
Sekalipun suamimu sudah tumbuh besar menjadi pria dewasa yang mandiri, dia tetap adalah anak dari mertuamu.
Baca juga: Menantu Harus Tahu, Ini Tips Atasi Persoalan dengan Mertua
Jadi, saat mertuamu bertanya -misalnya, kapan suami mu terakhir ke dokter? Atau, ingin tahu apakah anaknya tidur dengan lelap, jangan terlaly diambil hati.
Itu hanya curahan hati dan perasaan dari seorang ibu tentang anaknya. Persis seperti yang kamu lakukan terhadap anakmu.
Cobalah pahami, mertua melontarkan pertanyaan semacam itu karena dia peduli, bukan karena dia cerewet.
Menyadari dan memahami posisi semacam ini akan sangat membantu kamu untuk menyelesaikan persoalan dan friksi dengan ibu mertuamu.
2. Amat sulit untuk tidak memberi saran
Percaya atau tidak? Ibu mertuamu sudah merasa memiliki semua informasi dan pengetahuan tentang bagaimana mengasuh anak, merawat rumah, dan berbagai hal tentang keluarga.
Jadi, ketika dia melihat kamu melakukan sesuatu yang berbeda dengan apa yang biasa dia lakukan, atau ketika dia mendapati hal yang mencerminkan kamu belum bisa tentang suatu hal, dia tak akan diam.
Sulit untuk membuatnya tenang, dan menghentikan ocehannya.
Ya, tentu saja, caramu melakukan sesuatu bisa saja berbeda dengan cara yang biasa dilakukan mertua. Itu tak bisa dijadikan patokan bahwa kamu belum terampil.
Tapi, apa sih sulitnya untuk membuka telinga dan mendengarkan saran dari dia?
Sekalipun saran yang diberikan mungkin tak berguna, tapi di sisi lain kamu bisa melatih kesabaran dan kelembutan hati untuk mendengar, dan tidak berbantahan. Bukan begitu?
3. Mertuamu ingin jadi bagian dari hidupmu
Mungkin sulit untuk bisa dipahami tentang perasaan apa yang berkecamuk ketika seorang perempuan menjadi nenek.