BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan MNC Vision

Menonton Televisi Punya Manfaat Banyak untuk Anak, asal...

Kompas.com - 05/10/2018, 08:50 WIB
Sri Noviyanti,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Dira (31) sengaja tak menaruh televisi di ruang keluarga. Sebab, ia tak ingin anaknya, yang baru berusia 3 tahun terpapar pengaruh benda elektronik itu.

Kata Dira, hal itu diputuskan karena kerap mendengar cerita dari teman-teman sekantor mengenai penyesalan karena sudah membuat anak leluasa menonton.

Akibatnya, kini anaknya menjadi sering tak acuh saat dipanggil. Istilahnya, anak akan asyik sendiri menonton dan berimajinasi ketika televisi dinyalakan.

Kekhawatiran yang dialami Dira beralasan. Hanya saja, merujuk buku "The Art of Screen Time: How Your Family Can Balance Digital Media and Real Life," yang ditulis Anya Kamenetz justru hal itu disebut sebagai kekhawatiran yang berlebihan.

Kamenetz dalam bukunya menyebutkan bahwa kondisi di atas terjadi bukan karena kesalahan pada televisinya, melainkan lingkungan sekitar yang membuatnya tak acuh.

“Kami tahu. Banyak (pula orangtua) di luar sana yang anaknya menonton televisi tetapi baik-baik saja,” ujarnya dikutip dari CNN, Kamis (20/9/2018).

Kadang kala orangtua merasa waktu menonton televisi berarti peluang rehat dari aktivitas mengajak anak main dan mengobrol. Padahal, itu yang harusnya dihindari.

Mendampingi anak saat menonton televisi tak cukup hanya menemani saja, tetapi harus tetap terlibat pada percakapan yang dapat mendidik dan menjadi jalan berkomunikasi.

Televisi nyatanya bermanfaat

Kalau penggunaan dan pola pengajaran pada anak tepat, televisi pada dasarnya bisa dijadikan media yang punya banyak manfaat. Dari artikel itu pula dijelaskan bahwa televisi dapat membangun empati.

“Karakter dari (kartun dalam) televisi yang ditonton bisa jadi materi edukasi,” ujar Kamenetz lagi.

Ia melanjutkan, dari cerita dalam televisi, orangtua akan lebih mudah menyampaikannya dan mengajarkan emosi pada anak.

“Karena cerita dalam televisi terasa lebih dekat dengan kehidupan anak. Itu dunianya,” tambahnya.

Sebaliknya, bagi orangtua sebenarnya televisi dapat menjadi media untuk memahami anak-anak. Tayangan yang mereka tonton itu jadi pengantarnya.

Waktu santai keluarga

Orangtua bisa memanfaatkan waktu menonton televisi menjadi momen santai bersama keluarga. Terlebih lagi, bagi mereka yang punya sedikit sekali waktu luang dan tidak dapat menjangkau tempat lain untuk menikmati hari bersama keluarga.

Ilustrasi anak menonton didampingi oleh orangtua.Shutterstock Ilustrasi anak menonton didampingi oleh orangtua.
Momen menonton televisi bersama bisa dipakai sebagai gantinya menikmati kebersamaan tanpa perlu ke luar rumah.

Meski demikian, ada hal-hal yang tetap perlu diperhatikan. Saat menonton, usahakan channel tayangan televisi dapat dinikmati tiap anggota keluarga.

Utamanya, bagi mereka yang masih memiliki anak-anak di bawah umur. Carilah tayangan yang edukatif dan aman bagi anak-anak.

Kalau perlu, manfaatkan fitur parental lock, sistem penguncian tayangan yang tidak diperkenankan untuk anak di bawah umur seperti yang dimiliki MNC Vision—brand yang dulu dikenal dengan nama Indovision sebagai pioneer televisi berlangganan.

Melalui fitur parental lock, tayangan televisi yang tak diperkenankan untuk anak di bawah umur akan otomatis terkunci.

Dengan fitur ini pula orangtua dapat membuat daftar channel apa saja yang boleh dan yang tidak dilihat oleh anak-anak saat menonton. 

Ilustrasi keluarga sedang menonton televisi bersama.Shutterstock Ilustrasi keluarga sedang menonton televisi bersama.

Kalau bisa, carilah yang tak hanya menghibur tapi juga memiliki nilai edukasi tinggi seperti channel Besmart, BabyTV, BBC Earth, National Geography, dan Discovery—seperti yang juga dimiliki MNC Vision.

Pada dasarnya memakai televisi berlangganan adalah cara untuk menyesuaikan kebutuhan tayangan televisi untuk keluarga. Beragam paket berlangganan juga disediakan oleh MNC Vision.

Mengetahui manfaat menonton televisi, seharusnya tak perlu lagi ada keluarga yang memiliki kekhawatiran sampai menyingkirkan benda elektronik itu dari ruang keluarga seperti kasus Dira di atas.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com