KOMPAS.com - Dalam kehidupan sosial, berbohong merupakan salah satu upaya yang kerap dilakukan seseorang untuk mempermulus jalan mencapai suatu hal.
Bohong menjadi pilihan terakhir bagi mereka yang menganggap kebenaran tidak tepat untuk diungkapkan di situasi dan kondisi tertentu.
Alasan lain, bohong juga biasa digunakan oleh seseorang untuk mengamankan posisinya, bisa juga untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Berbohong dalam konteks ini, menurut Psikolog Universitas Sebelas Maret, Laelatus Syifa, disebut dengan istilah interpersonal deception atau kebohongan antarpribadi.
Namun, dalam konteks berbeda, kebiasaan berbohong bisa menjadi indikasi seseorang terkena ganggunan psikologis yang disebut sebagai pathological lying atau kebohongan patologis.
Baca juga: Tangkap 7 Sinyal Orang Sedang Bicara Bohong pada Anda
Kebohongan patologis mengacu pada kebohongan yang dilakukan secara tidak terencana dan tiba-tiba.
"Maksudnya tidak terencana adalah dia tidak berstrategi terlebih dahulu. Pokoknya bohong saja," kata Laelatus kepada Kompas.com.
Jenis kebohongan yang satu ini juga meliputi kebohongan yang dilakukan secara kompulsif atau berulang-ulang untuk alasan tertentu, misalnya meredam kecemasan.
Kebohongan dalam konteks ini tidak dapat disebut sebagai sebuah kewajaran, karena mengacu pada suatu gangguan kejiwaan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.