Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teka-teki Kanker Paru, Mengapa Ada Perokok yang Tak Kena?

Kompas.com - 10/10/2018, 12:58 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Istri Indro Warkop, Nita Octobijanthy, tutup usia Selasa (9/10/2018) karena kanker paru. Dia dinyatakan mengidap kanker paru pada Agustus 2017 setelah dua tahun lalu berhenti merokok.

Nita adalah satu dari jutaan orang di seluruh dunia yang meninggal karena kanker paru. World Cancer Research Fund memprediksi ada 1,59 juta orang meninggal akibat penyakit itu dan hanya sekitar 240.000 atau 15 persen di antaranya sintas.

"Kalau ada 10 orang yang didiagnosis mengidap kanker paru, delapan orang meninggal pada tahun itu juga. Itulah kenapa kanker paru disebut kanker yang mematikan. Karena umumnya di seluruh dunia, kanker paru ketemunya sudah stadium lanjut jadi tidak bisa dilaksanakan terapi secara maksimal," kata dr Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD.

Seperti kita tahu, penyebab utama dari kanker paru adalah rokok. Namun, tidak semua perokok terkena kanker paru dan bukan berarti orang yang tidak merokok bebas dari kanker paru.

Baca juga: Membesuk Kanker Paru, Penyakit yang Merenggut Nyawa Istri Indro Warkop

Spesialis paru dari RS Persahabatan, Dr Sita Laksmi Andarini, PhD, SpP(K), mengatakan, perokok aktif berisiko 13,6 kali lipat. Sementara perokok pasif berisiko empat kali lipat terkena kanker paru.

Dalam penelitian Clare Weeden dari Univerisas Melbourne di Australia, rokok meningkatkan kerusakan sel paru dan membuat sel punca basal lebih aktif sehingga meningkatkan mutasi.

Meski begitu, ada juga perokok aktif yang tidak terkena kanker paru dan ada perokok pasif yang terkena kanker paru. Bagaimana itu bisa terjadi? Mari kita bahas satu persatu.

Perokok, tapi tidak kena kanker paru

Dr Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD mengatakan, ada beberapa faktor risiko penyebab kanker paru. Seseorang yang berusia di atas 40 tahun berisiko lebih tinggi.

Namun, umur tak selalu menjadi patokan. Elisna menyebut, beberapa tahun terakhir sering ditemukan pengidap kanker paru yang usianya masih 30 tahunan.

Menurut Elisna, selalu ada potensi tumbuhnya sel kanker paru di dalam tubuh manusia. Namun, hal itu bisa disembuhkan oleh tubuh dengan sendirinya.

Setiap waktu, manusia menarik dan mengeluarkan napas. Dalam momen tertentu terdapat mukosa atau selaput lendir di saluran pernapasan dari hidung hingga ke bronkus yang rusak. Kalau jumlahnya sedikit, tubuh masih bisa memperbaikinya.

"Kalau ada yang slip, dia menjadi tidak normal, yaitu bibit-bibit kanker. Tapi, tidak segampang itu menjadi kanker. Ada mekanisme tubuh sendiri untuk menghilangkan yang tidak normal tadi. Maka tidak semua orang terkena kanker," kata Elisna.

Meski begitu, bagi Anda yang merokok jangan lantas bersantai dan tidak memikirkan risiko yang akan terjadi. Risikonya tetap lebih besar pada perokok.

Menurut Elisna, setiap hari perokok mengiritasi dengan intensitas tinggi yang menyebabkan perubahan jaringan dan sel di saluran pernapasan. Hal ini memicu terjadinya sel kanker paru.

Elisna menyebut, perokok salah mengartikan rendahnya kandungan nikotin (pada rokok). Ketika melihat label tersebut, perokok cenderung merasa lebih aman dari penyakit dan mengonsumsi lebih banyak rokok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com