Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Ada Skriningnya, Bagaimana Kita Bisa Cek Kanker Paru?

Kompas.com - 10/10/2018, 17:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Berbeda dengan kanker payudara atau kanker serviks, hingga saat ini belum ada tes skrining yang efektif mendeteksi kanker paru-paru.

Meski begitu, Reskia Dwi Lestari selaku Marketing Communication PT Prodia Widyahusada berkata bahwa ada satu pemeriksaan non-lab yang direkomendasikan untuk skrining kanker paru secara Internasional, yaitu Low Dose Computed Tomography (LDCT).

"Ini merupakan pembaruan dari CT Scan yang dikenal dengan Low Dose Spiral," kata perempuan yang akrab disapa Eki itu kepada Kompas.com, Rabu (10/10/2018).

LDCT merupakan teknologi yang bisa menghasilkan gambar tiga dimensi dengan resolusi tinggi. Teknologi LDCT dapat memperlihatkan detail yang lebih jelas dibandingkan x-ray dada konvensional.

Baca juga: Membesuk Kanker Paru, Penyakit yang Merenggut Nyawa Istri Indro Warkop

Dengan demikian, LDCT bisa memeriksa lebih banyak kelainan paru-paru dibandingkan x-ray. Alat ini juga menggunakan dosis radiasi yang lebih rendah dibandingkan CT-scan biasa, yang membuatnya lebih aman untuk tes skrining kanker paru-paru.

Sementara itu, untuk melihat risiko kanker paru berdasarkan gen, seseorang bisa melakukan pemeriksaan CArisk.

"Sebagai catatan, hasil pemeriksaan dari CArisk hanya menunjukkan risiko seseorang terkait jenis kanker berdasarkan gennya, bukan mendiagnosis apakah seseorang terkena kanker atau tidak," tegas Eki.

"Saat ini, kami (Prodia) sudah menyediakan pemeriksaan terkait genomics yang dinamakan Prodia Genomics dengan manfaat mengetahui kemungkinan risiko terkait penyakit berdasar gen yang dimiliki, mengetahui dosis, maupun terapi penyakit yang tepat, dan mengetahui diagnosis yang tepat," sambungnya.

Baca juga: Teka-teki Kanker Paru, Mengapa Ada Perokok yang Tak Kena?

Lantas, adakah yang bisa kita lakukan untuk berjaga-jaga mengantisipasi kanker paru? Terlebih lagi, banyak orang didiagnosis mengidap kanker paru saat sudah di stadium lanjut.

Elisna Syahruddin dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Respiratori Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah rutin melakukan medical check up.

Menurut dia, individu yang berisiko rendah mengidap kanker paru-paru wajib memeriksakan diri ke dokter paru-paru minimal setahun sekali. Sementara yang berisiko tinggi, konsultasi ke dokter paru setiap enam bulan sekali.

Peningkatan upaya pengendalian faktor risiko kanker paru-paru juga dianggapnya belum mampu mengatasi masalah kanker paru-paru. Pasien kanker paru-paru terus meningkat, begitu pula angka kematiannya.

"Saat divonis terkena kanker paru, satu sentimeter saja bagiannya, itu sudah jutaan sel kanker. Tandanya, sel kanker tersebut telah ada sejak 10 tahun lalu," terang Elisna.

Perlu diingat bahwa sel kanker paru memiliki kemampuan bersembunyi hingga lebih dari satu dekade dan tidak ada gejala yang bisa dideteksi sedari dini. Artinya, seseorang baru akan diketahui terkena kanker paru jika sudah masuk stadium awal, yaitu stadium satu atau dua.

Baca juga: Membesuk Kanker Paru, Penyakit yang Merenggut Nyawa Istri Indro Warkop

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com