KOMPAS.com – Kesehatan mental menjadi satu kondisi yang diharapkan oleh setiap orang. Akan tetapi, faktanya sejumlah orang diketahui mengalami gangguan pada kesehatan mentalnya.
Gangguan kesehatan mental memang dapat menyerang siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.
Karena itu, Federasi Kesehatan Dunia untuk Kesehatan Mental menjadikan 10 Oktober sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia, agar masyarakat bisa memahami mengenai gangguan kesehatan mental.
Berikut ini 10 fakta seputar kesehatan mental yang dikeluarkan Badan PBB Bidang atau World Health Organization (WHO).
Sekitar 20 persen anak-anak dan remaja di dunia mengalami gangguan dan permasalahan mental. Neuropsikiatri (gangguan syaraf dan mental) merupakan salah satu penyebab utama gangguan yang terjadi di kalangan muda.
Lebih dari setengah kasus gangguan mental yang terjadi itu dimulai pada usia sebelum 14 tahun. Gangguan ini terjadi di secara lintas budaya.
Namun, wilayah-wilayah dengan persentase populasi di bawah 19 tahun tertinggi, justru tercatat memiliki tingkat sumber kesehatan mental yang paling buruk.
Kebanyakan negara dengan pendapatan rendah dan sedang hanya memiliki seorang psikiater anak untuk setiap 1-4 juta penduduknya.
Baca juga: Hindari Depresi dengan Mengenal Kesehatan Mental Sejak Dini
Penggunaan obat-obatan yang tidak semestinya menjadi penyebab utama gangguan kesehatan mental di seluruh dunia.
Sekitar 23 persen kematian yang terjadi pada orang yang menderita gangguan kesehatan mental disebabkan oleh penyalahgunaan zat-zat atau obat-obatan kimia.
Terdapat indikasi, setiap remaja yang mati bunuh diri, dimungkinkan diikuti lebih dari 20 persen orang lainnya yang juga melakukan percobaan mengakhiri hidup dengan cara pintas ini.
Sementara itu, 75 persen kasus bunuh diri terjadi di negara yang memiliki pendapatan rendah dan sedang.
Identifikasi dini dan penanganan efektif terhadap pengidap gangguan mental atau stres, menjadi kunci untuk memastikan orang-orang tersebut mendapatkan perhatian yang dibutuhkan.
Baca juga: Punya Sahabat Sangat Penting Bagi Kesehatan Mental
Perang dan bencana memberi efek besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan psikososial.
Rata-rata jumlah penyandang gangguan kesehatan mental cenderung meningkat hingga mencapai dua kali lipat setelah terjadi situasi darurat, misalnya bencana, perang, dan sebagainya.
Hal itu bisa dikarenakan goncangan jiwa seperti trauma kekerasan, kehilangan keluarga juga harta benda, dan sebagainya.
Gangguan kesehatan mental menjadi salah satu pintu yang berpotensi meningkatkan resiko terkena penyakit lain seperti HIV, penyakit kardiovasular, diabetes, dan sebaliknya.
Penyakit-penyakit fisik itu juga dinilai berpotensi menimbulkan gangguan mental.
Stigma dan diskriminasi terhadap penderita dan keluarga pengidap gangguan kesehatan mental menyebabkan mereka tidak mencari perawatan untuk memulihkan kesehatan mentalnya.
Ketidakpahaman dan stigma tentang penyakit mental sudah tersebar luas dan menjadi sebuah salah kaprah di masyarakat.
Meskipun terdapat terapi yang efektif untuk penyandang gangguan kesehatan mental, tetapi terdapat kepercayaan di masyarakat yang menyebut penderita cacat mental tidak dapat diperlakukan selayaknya manusia normal pada umumnya.
Stigma ini dapat menyebabkan hinaan, penolakan dan pengasingan, dan menjauhkan penderita dari dukungan dan perawatan kesehatan.
Di dalam sistem kesehatan yang berlaku, para penderita gangguan kesehatan mental sering dipelakukan di tempat serupa gudang perkumpulan manusia, bukan tempat untuk proses pemulihan.
Pelanggaran hak asasi terhadap penyandang cacat mental dan psikososial kerap dikabarkan terjadi di banyak negara.
Pelanggaran ini termasuk di dalamnya pengekangan fisik, pengucilan dan penyangkalan kebutuhan dasar juga privasi.
Beberapa negara memiliki aturan hukum yang kuat untuk melindungi hak-hak penduduk yang memiliki cacat mental.
Secara global, banyak ketidakmerataan persebaran ahli kesehatan mental.
Minimnya keberadaan psikiater, perawat psikiatri, psikolog, dan pekerja sosial adalah beberapa penghalang utama ketersediaan pelayanan kesehatan mental di negara dengan pendapatan sedang dan rendah
Negara dengan pendapatan rendah memiliki 0,05 psikiater dan 0,42 perawat untuk tiap 100.000 warganya.
Padahal, di negara dengan pendapatan tinggi, jumlah psikiater rata-rata 170 kali lebih banyak sementara jumlah perawat 70 lipat dibandingkan negara dengan pendapatan rendah.
Terdapat lima penghalang utama meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan mental.
Dalam rangka meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan, lima hal yang harus diatasi adalah: tidak adanya kesehatan mental dan pendanaan dalam program kesehatan masyarakat; organisasi pelayanan kesehatan mental; kurangnya integrasi dalam perawatan primer; ketidakmerataan persebaran ahli kesehatan mental; dan kurangnya kepemimpinan kesehatan mental masyarakat.
Dana yang dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mental relatif masih kecil dan sedikit.
Pemerintah, kelompok-kelompok yang mewakili pengguna pelayanan kesehatan juga keluarganya, perlu bekerja sama untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mental, khususnya di negara berpenghasilan sedang dan rendah.
Dana yang diperlukan untuk mengupayakan peningkatan ini relatif rendah, yakni 2 dollar Amerika Serikat per kapita per tahun untuk negara berpenghasilan rendah, dan 3-4 dollar AS untuk negara-negara berpenghasilan sedang.
.
.
.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.