Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patricia Andriani dan Batik Lasem yang Bikin Kesengsem

Kompas.com - 12/10/2018, 12:23 WIB
Wisnubrata

Editor

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Patricia Andriani masih ingat ketika keluarganya mengajak dia ke desa-desa pembatik di Lasem beberapa tahun lalu. Dari yang semula tak peduli, perjumpaan dengan kain-kain batik lama-lama membuatnya terpesona alias kesengsem.

Kesukaan terhadap batik itu kemudian berkembang saat ia belajar fashion design di Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) di Singapura. Maka setelah lulus dan mulai belajar merancang busana, batik lasem pun menjadi pilihannya.

Saat menggelar fashion show perdana hari Minggu (7/10/2018) di Kemang, Patricia menampilkan koleksi batik klasik Lasem yang dikombinasikan dengan kain cotton wool warna gelap.

Koleksi yang dirancang dengan potongan-potongan pola kebaya pada bagian depan ini menjadi perpaduan antara keindahan tradisional batik lasem dengan gaya modern yang nyaman dipakai.

"Saya ingin memberi kesan anggun dari sisi batiknya, namun tetap terlihat trendy jika dikenakan oleh kaum muda," ujar Patricia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Reinkarnasi Batik Lasem ?

A post shared by Patricia Andriani (@patriciaandriani.official) on Oct 11, 2018 at 6:40am PDT

Di beberapa koleksinya, batik Lasem ini juga dipadukan dengan kain lurik sebagai kombinasi untuk memperkuat kesan milenial.

Corak dan gaya batik Lasem sendiri sangat beragam, dengan ciri khas warna merah tua dan motif peranakan seperti bunga seruni, bunga teratai, dan burung phoenix. Motif watu pecah, dan latohan juga banyak terdapat pada batik Lasem.

Motif-motif padat tersebut menjadikan pengerjaan batik Lasem terbilang lama untuk menjadi selembar kain. Hal ini merupakan salah satu penyebab mengapa kaum muda banyak yang tidak lagi tertarik menjadi pembatik di Lasem.

Mereka memilih mencari pekerjaan yang cepat mendapatkan penghasilan di kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang bahkan Jakarta. Patricia khawatir, jika dibiarkan kondisi ini akan semakin menjauhkan generasi mendatang dengan sejarah budaya batik Lasem.

Adapun mayoritas pembatik di Lasem adalah ibu-ibu paruh baya. Jarang sekali terlihat gadis muda ikut membatik. Selain itu motif padat kain Lasem biasanya lebih disukai oleh kaum ibu-ibu dibandingkan kaum muda.

“Kedua hal ini menjadikan tantangan bagi saya untuk menampilkan batik Lasem bagi kaum muda, sekaligus membantu menyemarakkan industri rumahan di Lasem. Walaupun geliat industri batik di Lasem mulai bangkit beberapa tahun terakhir ini, namun tetap diperlukan peran para perancang untuk menampilkan batik Lasem agar disukai kaum muda,” kata dara kelahiran 1994 ini.

Dengan demikian diharapkan, batik Lasem tidak lagi menjadi konsumsi kalangan ibu-ibu saja, namun bisa dipakai semua kalangan, termasuk anak-anak muda.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

From the show last Sunday. Full collection coming soon ! Sunglasses by @eastwoodltd

A post shared by Patricia Andriani (@patriciaandriani.official) on Oct 9, 2018 at 12:24am PDT

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com