Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa 'PDKT' Menentukan Kelanjutan Kualitas Hubungan Pasangan

Kompas.com - 13/10/2018, 22:26 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir semua pasangan, baik yang sudah maupun belum menikah, pernah melalui masa pendekatan atau yang populer disebut 'PDKT'.

Mungkin tak sedikit yang menganggap masa penjajakan tersebut adalah hal biasa saja. Tapi, jangan anggap sepele momentun tersebut.

Selain bisa dimanfaatkan untuk mengenal lebih dalam mengenai seseorang, jalannya hubungan kelak ternyata bisa tercermin dari pola PDKT yang dilakukan.

"Contohnya jika waktu PDKT ceweknya cenderung jual mahal, gengsi, jadi cowoknya yang harus ngejar-ngejar, traktir ini itu, biasanya akan terbawa ke relationshipnya."

Hal itu diungkapkan oleh Relationship Coach sekaligus Pendiri KelasCinta.com, Kei Savourie di sela seminar bertajuk "Relationship Blueprint" yang diselenggarakan di Grand Orchardz Kemayoran, Jakarta, Sabtu (13/10/2018

Jika kondisi tersebut terjadi pada masa PDKT yang kamu lakukan, maka kemungkinan pihak yang sejak awal bersikap gengsi kelak akan cenderung bersikap gengsi pula, jual mahal, sulit meminta maaf ketika salah, bahkan bisa tidak menghargai usaha yang dilakukan pasangannya.

Apalagi jika pasangannya tersebut menunjukkan upaya maksimal ketika masa PDKT.

Kei menegaskan pentingnya keseimbangan dalam sebuah hubungan. Sebab, ketidakseimbangan akan membawa masalah jika sudah terlanjur dibawa ke jenjang pernikahan.

Ia mencontohkan seorang laki-laki yang terlalu banyak "menginvestasikan" cintanya, seperti lewat traktiran, memberikan kado, antar-jemput, dan perlakuan spesial lainnya, sementara sang kekasih tidak melakukan hal yang sama atau bahkan terlalu menuntut.

Kondisi tersebut pada akhirnya membuat hubungan menjadi jomplang.

"Biasanya pihak yang merasa jomplang akan merasa: kok saya ngasih terus tapi dia enggak pernah. Dia akan lebih insecure, lebih gampang cemburu karena merasa tidak timbal balik," kata Kei.

Sementara pihak yang selalu diberi akan cenderung bersikap cuek dan menyepelekan segala sesuatu karena dirinya ada di posisi yang diistimewakan, enak, atau selalu diberi.

Kei menyarankan semua pasangan yang merasa hubungannya masih tidak seimbang agar mulai berusaha menyeimbangkan hubungannya sesuai dengan kondisi masing-masing.

Sebab, kondisi ketidakseimbangan inilah yang menimbulkan masalah ketika menikah. Apalagi, kebanyakan orang akan cenderung lebih melihat sisi buruk pasangannya ketika sudah menikah.

"Kalau ada yang kurang, please seimbangkan. Misal, hari ini cowoknya yang traktir, besok ceweknya. Hari ini cowoknya kasih kado, besok ceweknya," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com