Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Anak Berkebutuhan Khusus pada Menteri Yohana

Kompas.com - 19/10/2018, 09:30 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

MANOKWARI, KOMPAS.com - "Teman-temanku normal, tetanggaku normal. Aku mau main bareng tapi tidak boleh karena katanya aku tuli, aku sedih..."

Ungkapan hati itu disampaikan oleh Ayu, salah satu anak berkebutuhan khusus yang hadir pada acara dialog Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise bersama anak berkebutuhan khusus dari 10 provonsi di Manokwari, Kamis (18/10/2018).

"Aku mau main, tapi teman-teman tidak mau main sama aku karena aku tidak bisa ngomong. Kenapa orang-orang normal tidak mau berteman sama aku?" ucap anak asal Provinsi Bali itu dibantu penerjemah bahasa isyarat.

Suasana dialog pun menjadi penuh haru. Tak hanya Ayu, beberapa anak berkebutuhan khusus lainnya juga mengungkapkan isi hatinya pada Yohana.

Seorang anak dari Provinsi Papua Barat, misalnya, berharap mendapat bantuan dana dari pemerintah karena ia akan segera lulus sekolah.

Ada pula anak yang menanyakan cita-cita Yohana saat masih kecil bahkan ada pula yang meminta izin. "Bolehkah saya jadi menteri PPPA sama seperti Mama Yo (sapaan akrab Yohana)?"

Menteri PPPA Yohana Yembise saat menghadiri sosialisasi pencegahan kekerasan dalam rumah tangga di Swissbel Hotel, Manokwari, Papua Barat, Rabu (17/10/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Menteri PPPA Yohana Yembise saat menghadiri sosialisasi pencegahan kekerasan dalam rumah tangga di Swissbel Hotel, Manokwari, Papua Barat, Rabu (17/10/2018).
Pertanyaan-pertanyaan polos dan sederhana tersebut membuat kita menyadari bahwa semua anak punya mimpinya masing-masing, tak terkecuali anak-anak berkebutuhan khusus.

Dan mungkin saja, harapan-harapan yang sama juga dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di sekitar kita.

Yohana pun menjawab, semua warga negara Indonesia punya hak yang sama dan tentu saja bisa bercita-cita menjadi apapun, termasuk menjadi menteri.

Diskriminasi seperti yang dialami Ayu, menurutnya harus bersama-sama diatasi. Ia juga menyampaikan, dirinya tak pernah menyangka bisa menjadi seperti saat ini.

"Mama Yo jg tidak tahu akan jadi menteri. Dari Nabire, namanya juga dari Papua. Tidak pernah sangka, apalagi perempuan," tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Yohana menyampaikan indikator besar yang menentukan majunya suatu bangsa. Empat indikator tersebut adalah perempuan, anak-anak, lansia, dan disabilitas.

"Negara memperhatikan tumbuh kembang, hak-hak dan perlindungan khusus bagi penyandang disabilitas. Jadi siapapun yang merasa disabilitas harus merasa kuat," kata Yohana.

Profesor dari Universitas Cenderawasih itu berharap kepada semua anak berkebutuhan khusus yang hadir pada kesempatan tersebut untuk tetap semangat dalam meraih cita-citanya.

"Tunjukan terus bahwa Anda bisa. Tidak boleh minder, dan lain sebagainya. Harus menunjukkan bahwa kita bisa," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com