Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yasmina Hasni
Praktisi Parenting

Praktisi parenting. Co-founder Taman Main Petualang. Ibu dua anak.

Parenting Itu Mudah

Kompas.com - 19/10/2018, 14:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di sini peran basic instinct, akal, emosi, dan ke-Tuhan-an bekerja. Semua ibu, kalau dengar anaknya menangis, insting-nya pasti ingin menggendong. Jadi, kalau itu dilarang, artinya melawan insting, bukan?

Secara emosi, segala hal yang sedang dikerjakan ibu—baik bekerja, merapikan rumah, maupun memasak—bisa jadi berantakan ketika tangis anak pecah. Yang pecah juga konsentrasi sang ibu. 

Secara akal? Energi yang dihabiskan oleh anak ketika menangis itu sangat banyak.

Di The Baby Book yang ditulis Dr William and Martha Sears, bayi yang digendong akan jarang menangis.

Bayi yang jarang menangis, otomatis cenderung lebih bahagia dan lebih cepat tumbuh berkembang. Sebab, energi yang dipergunakan untuk menangis digunakan untuk tumbuh dan berkembang.

Lalu apa urusan ke-Tuhan-an? Tentu saja, faktor ini mencakup semua hal tersebut. Agama apa pun pasti menyarankan kita mendahulukan cinta kasih kepada anak, bukan?

Pentingnya attachment

Dan tahukah Anda, menurut psikolog Dr Laura Markham, akar dari kemampuan sosial seorang anak—berteman, berkompromi, dan berempati—adalah berawal dari bagaimana orangtua merespons kebutuhannya saat bayi sehingga ada ikatan emosional yang membuat bayi merasa aman.

Istilahnya, ada attachment. Ikatan emosional ini hanya bisa terbentuk sejak lahir hingga usia dua tahun saja. Singkat sekali waktunya, tetapi inilah fondasi terpenting dalam kehidupan setiap manusia. Hal ini yang memengaruhi perkembangan anak dalam bersosialisasi hingga ia dewasa kelak.

Ketika anak sudah yakin bahwa orangtuanya akan hadir saat mereka membutuhkan, mereka jadi bisa lebih fokus untuk “mengembangkan” kemampuan dalam dirinya, termasuk kemampuan menjadi pribadi yang bagus kemampuan sosialnya.

Lalu, apa yang terjadi dengan anak-anak yang belum merasa yakin akan kehadiran orangtuanya?

Mereka akan lebih sibuk mengisi keyakinannya yang kosong itu dengan mencari perhatian yang tak kunjung ia dapatkan untuk merasa aman dan percaya diri. Akhirnya? Karena ia terlalu sibuk mencari perhatian, ia jadi tidak bisa fokus mengembangkan kemampuan dirinya.

Dan kisah sepanjang ini datangnya dari mana? Datang dari cara orangtua merespons tangisan bayi, dengan menggendong, menimang, dan menemani bayi yang ketakutan.

Jadi terbayang, kan, bahwa ada begitu banyak hal yang terlewatkan dalam fase dasar seorang anak, hanya karena orangtua tidak mengedukasi diri. Banyak dari orangtua juga menelan bulat-bulat mitos.

Ujung-ujungnya, pengasuhan jadi terasa amat melelahkan, dan jadi masalah yang enggak selesai-selesai sampai anak besar. Capek dehhh…

Melawan panik

Memang sih, dengan begitu banyaknya sumber informasi belakangan ini, para orangtua kerap merasa terbombardir dan malahan jadi overwhelmed, kemudian panik. Karena begitu banyak teori mengenai parenting, mana yang harus dipercaya? Mana yang paling benar?

Kalau saja orangtua meyakini bahwa parenting is easy, sebetulnya pasti enggak akan panik. Karena, dengan bekal edukasi yang holistik, kita pasti paham prinsip “setiap anak unik”.

Maka, enggak ada teori parenting yang paling benar. Yang ada hanyalah informasi yang cocok dengan kebutuhan anaknya.

Dari orangtua yang mau memberdayakan diri dengan belajar dan berpikiran terbuka, pengasuhan pasti akan terasa jauh lebih ringan.

Hal ini bikin orang tua jadi lebih santai dan panic-less karena yakin bahwa yang mereka lakukan adalah yang terbaik untuk anaknya. "Karena setiap anak berbeda, yang baik untuk anak saya belum tentu baik untuk anak lain".

You can’t save the world alone

Kalau seperti kata film Justice League, "You can't save the world alone". Iya, benar, termasuk soal parenting ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com