"Sekali pun anak-anak tidak memiliki media sosial, banyak yang online dari usia dini dan menggunakan situs web yang berbeda," katanya.
"Dalam pengalaman saya, anak-anak tidak diberitahu tentang Instagram dan aplikasi media sosial lainnya dari orang tua mereka, sehingga mereka belajar dari teman, kakak, dan influencer lainnya. Karena itu, penting bagi orang tua mengambil peran aktif dalam mendorong diskusi tersebut."
Baca juga: Media Sosial Membuat Kita Semakin Dungu?
Membuat rencana
Hamayoun menyarankan untuk menggali lebih dalam soal alasan anak membuka akun media sosial.
Penggalian itu bisa dengan pertanyaan terbuka seperti--mengapa ingin bergabung dengan Instagram, pengalaman positif apa yang didapat, siapa yang dapat dituju jika sesuatu terasa tidak nyaman dan tidak berjalan seperti yang direncanakan.
"Melakukan pencegahan semacam itu memungkinkan anak untuk secara proaktif memikirkan tentang bagaimana mereka mendefinisikan dan menciptakan pengalaman penggunaan media sosial yang positif," kata Homayoun.
Dia menyarankan menggunakan tiga pendekatan dalam membingkai diskusi--sosialisasi yang sehat, pengaturan diri yang efektif dan keamanan secara keseluruhan.
Prioritaskan privasi
Kepala riset Instagram Lori Malahy mengungkapkan, banyak orang tidak mengetahui bagaimana menggunakan dan berperilaku di Instagram.
Mengubah akun pada mode pribadi, misalnya, berarti hanya pengikut yang disetujui yang dapat melihat, berkomentar, dan menyukai konten.
Fitur ini dapat mencegah informasi pribadi anak berakhir di tangan yang salah.
Direktur analitik di Instagram, Dan Zigmond, misalnya, sekali pun membebaskan anak memiliki akun media sosial, namun diawasi ketat, karena mengharuskan mereka untuk mengenal orang yang ingin jadi pengikut.
Memiliki etika
Komentar negatif--baik menerima atau pun mengirim bisa memberikan masalah bagi anak. Oleh karena itu, lebih baik membicarakan lebih dulu soal etika bermedia sosial.
Terapkan batas waktu