Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/10/2018, 07:29 WIB
Wisnubrata

Editor

KOBE, KOMPAS.com - Kekalahan dalam Perang Dunia II adalah saat-saat yang tragis bagi masyarakat Jepang. Mereka harus tunduk pada pasukan Sekutu, dipaksa menjadi negara demokrasi menggantikan kekaisaran, dan menjadi terbuka untuk dunia.

Untunglah banyak orang tetap bersemangat untuk maju. Salah satunya adalah veteran perang berusia 32 tahun bernama Kihachiro Onitsuka. Pria asal Kobe itu ingin mengalihkan perhatian para pemuda dari bayang-bayang kelam peperangan agar bangkit lewat olahraga.

Pada saat itu, orang Jepang berolahraga menggunakan sepatu seadanya, karena memang tidak ada pembuat sepatu khusus olahraga di sana. Mereka yang ingin memakai sepatu olahraga seringkali mendapatkannya dari sisa persediaan tentara AS yang bertugas di Jepang.

Karenanya pada tahun 1949 Kihachiro Onitsuka mencoba membuat sepatu-sepatu yang cocok digunakan untuk para atlet, serta mereka yang gemar berolahraga. Awalnya ia mempekerjakan empat pegawai di rumahnya untuk membuat sepatu yang terinspirasi dari sandal jerami tradisional Jepang.

Namun sepatu "jerami" itu tidak laku karena tidak cocok dan tidak nyaman untuk bermain basket. Kebetulan saat itu orang-orang Amerika membawa olahraga basket yang segera populer di Jepang. Onitsuka pun mencari akal agar sepatu-sepatunya nyaman dipakai.

Akhirnya inspirasi itu datang pada saat yang tidak terduga. Kihachiro Onitsuka mendapat ide ketika ia menyantap salad gurita. Saat itu salah satu tentakel gurita yang hendak dimakannya menempel pada mangkuk dan sulit dilepaskan.

"Mr Onitsuka pun tertegun dan gembira setelah menyadari bentuk serupa kaki gurita yang memiliki penghisap itu bisa juga diterapkan pada sol sepatu," kata Mr Kayano, pemandu di Asics Museum, Kobe, Rabu (24/10/2018).

Sepatu pertama yang dibuat Onitsuka dengan bagian sol yang terinspirasi dari tentakel guritaKompas.com/Wisnubrata Sepatu pertama yang dibuat Onitsuka dengan bagian sol yang terinspirasi dari tentakel gurita
Mekanisme penghisap pada tentakel gurita sangat cocok diterapkan untuk sepatu basket agar bisa mencengkeram lantai lapangan, karena pemain seringkali harus berhenti, melakukan manuver, atau berubah arah secara tiba-tiba.

Gagasan itu segera diwujudkan oleh Onitsuka menjadi sepatu yang diberi merek Tiger. Sepatu baru yang dibuat beberapa model tersebut kemudian diujicobakan ke para pemain dan pelatih basket untuk mendapat masukan.

Dari hasil uji coba, Kihachiro Onitsuka kemudian membuat sepatu yang merupakan perbaikan dari contoh-contoh yang dikirimkan kepada para atlet. Ternyata hasilnya memuaskan mereka.

Dan sepatu berbahan kanvas dengan sol karet itu segera menjadi sepatu basket pilihan di se-antero Jepang. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Onitsuka Tiger!

Baca juga: Sepatu Pertama Onitsuka Tiger, Seperti Apa Bentuknya?

Inovasi

Kesuksesan sepatu basket itu membuat Kihachiro Onitsuka berniat membuat sepatu untuk cabang olahraga lain. Ia membuat sepatu lari, sepatu voli, tenis, bulu tangkis, dan sepatu untuk berbagai olahraga yang disebut all training shoes.

Salah satu terobosan bersejarah muncul tahun 1959 saat Onitsuka mengamati jari-jari kakinya yang berkerut dan lecet saat mandi. Ia menduga bahwa panas dalam sepatu adalah salah satu penyebab kaki pelari menjadi lecet saat mereka lari jarak jauh.

Maka ia membuat sepatu lari yang memiliki lubang udara, yang pada tahun 1961 dikenakan pelari marathon asal Etiophia, Abebe Bikila. Dalam marathon Mainichi di Osaka itu, Bikila menang walau untuk pertama kalinya ia berlari dengan mengenakan sepatu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com