Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai, 4 Risiko pada Tubuh saat Kekurangan Karbohidrat

Kompas.com - 01/11/2018, 07:52 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Karbohidrat seringkali disebut sebagai penyebab naiknya berat badan.

Maka tak heran jika banyak pola diet yang menyarankan pengurangan, bahkan penghentian konsumsi karbohidrat, demi berat badan yang ideal.

Nyatanya, tubuh kita membutuhkan karbohidrat untuk energi yang digunakan untuk mengisi otot, otak dan sistem saraf pusat.

Penurunan berat badan memang terjadi ketika asupan karbohidrat dikurangi. Namun, ada efek negatif yang akan muncul seiring menurunnya bobot tubuh.

Ahli gizi, Libby Parker menyebut, mengurangi konsumsi karbohidrat sangat berbahaya bagi tubuh.

Baca juga: Makan Sebelum Olahraga Bisa Percepat Pembakaran Karbohidrat

"Tubuh manusia dirancang untuk bekerja dengan sumber energi terutama pada sumber karbohidrat, yang idealnya membentuk 45-65 persen dari asupan kalori," kata dia.

Laman Independent  merangkum empat risiko kesehatan karena mengurangi konsumsi karbohidrat.

1. Efek negatif pada bagian tubuh tertentu

Parker berkata, saat kita menerapkan diet ketogenik --diet yang membatasi asupan karbohidrat, bagian tubuh tertentu akan terpengaruh lebih besar daripada yang lain.

"Ada sel-sel tertentu di tubuh, termasuk sel-sel di mata dan ginjal kita, yang bekerja secara eksklusif dengan karbohidrat," kata Parker.

Parker juga berkata, saat tubuh menghasilkan keton -yang terjadi dalam diet karbohidrat ekstrim seperti dalam diet keto, tak ada kecukupan penggantian peran karbohidrat.

Keton merupakan energi asam yang dibuat ketika tubuh mulai menggunakan lemak untuk energi. Ini terjadi saat kita mengurangi asupan karbohidrat.

Baca juga: Diet Rendah Karbohidrat Bisa Sebabkan Kematian Dini?

Menurut Parker, diet rendah karbohidrat seringkali menyebabkan tubuh kekurangan vitamin, mineral, dan senyawa lain.

Sebab kandungan-kandungan itu hanya dapat kita temukan dalam makanan yang kaya karbohidrat, seperti buah dan sayuran.

Karbohidrat sederhana dapat ditemukan dalam roti, kue kering dan pasta, atau dikenal sebagai karbohidrat olahan.

Namun, karbohidrat sederhana juga ditemukan di sebagian besar makanan, termasuk buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan.

Mengurangi konsumsi karbohidrat juga akan menyebabkan risiko jangka panjang, seperti kanker usus besar.

Parker lalu menjelaskan, kurangnya karbohidrat dapat menyebabkan sembelit karena kekurangan serat, yang ditemukan pada karbohidrat, dan batu ginjal.

Baca juga: Mengenal 5 Sumber Lemak dalam Pola Diet Keto Vegan

2. Energi yang rendah

Diet rendah karbohidrat juga menyebabkan rendahnya proses glikolisis, yaitu pemecahan glukosa untuk energi.

Meskipun energi pengganti dapat ditemukan pada keton, namun tetap dapat membuat seseorang merasa lesu dan lambat dalam bergerak atau dikenal sebagai "carb flu".

Menurut Parker, diet rendah karbohidrat sering menyebabkan kelesuan dan kurangnya daya tahan.

Selain itu, kurangnya karbohidrat juga menyebabkan brain frog yang membuat kita sulit berkonsentrasi.

Bahkan, kurangnya karbohidrat juga menyebabkan gejala sepert flu.

Baca juga: Cara Bangkitkan Energi Tubuh Tanpa Harus Ngopi

3. Nafas tak sedap

Bau mulut juga merupakan efek samping yang kurang disadari dari diet rendah karbohidrat.

Menurut Parker, bau mulut adalah hasil dari energi aseton, salah satu dari tiga badan keton, yang terjadi ketika tubuh memasuki ketosis.

Bau nafas tak sedap ini tak bisa diatasi hanya dengan menggosok gigi dan menggunakan obat kumur.

Satu-satunya cara adalah kembali memasukan karbohidrat dalam menu diet kita.

Baca juga: Sering Gosok Gigi tapi Masih Bau Mulut? Mungkin Ini Penyebabnya...

4. Makan tidak teratur

Semua jenis pola diet pada prinsipnya mengatur jadwal makan dan apa yang kita konsumsi secara teratur.

Namun, Parker mengatakan diet rendah karbohidrat dapat membuat kita sulit mematuhi pola makan yang disarankan.

Hal itu terutama biasa terjadi saat kita berkumpul bersama keluarga atau kawan yang identik dengan suguhan kudapan.

Saat diet karbohidrat diikuti dengan disiplin tinggi, Parker mengatakan kemungkinan besar akan menyebabkan isolasi sosial.

Untuk mengikuti diet rendah karbohidrat dengan cara yang "sehat", Parker menyarankan kita untuk berkonsultasi dengan profesional medis, dan memeriksa kadar keton melalui pemeriksaan glukosa darah dan keton harian.

Parker tidak merekomendasikan mengikuti diet rendah karbohidrat, atau diet apapun yang dilakukan dengan ketat karena risikonya terlalu besar.

"Setiap diet ketat dapat berisiko untuk kesehatan, gangguan makan yang potensial, dan meningkatkan berat badan segera setelah kita mengalami penurunan berat badan, karena diet tidak berfungsi," kata dia.

Baca juga: Ingin Sehat? Tak Cukup Cuma Makan Sehat dan Olahraga...

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com