Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Dewasa Juga Bisa Alami Krisis Identitas, Kenali Cirinya

Kompas.com - 05/11/2018, 07:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Krisis identitas memang identik dengan masa remaja. Namun, perasaan kehilangan jati diri ini sebenarnya bisa dialami siapa saja, di usia pertengahan.

Istilah "krisis identitas" pertama kali dimunculkan oleh psikolog dan psikoanalisis Erik Erikson. Menurutnya, kepribadian kita berkembang ketika memecahkan suatu krisis dalam hidup.

Krisis identitas bukanlah sebuah diagnosis, tetapi sebuah kumpulan gejala, sama halnya dengan flu atau salesma.

Berikut adalah beberapa ciri yang menunjukkan kita sedang berada dalam fase krisis identitas:

- Kerap mempertanyakan siapa diri kita, baik secara umum atau pada aspek tertentu dalam hidup, misalnya hubungan, usia, atau karier.

- Kita mengalami konflik personal yang besar karena mempertanyakan diri atau peran kita dalam masyarakat.

- Ada perubahan besar dalam hidup yang baru-baru ini kita alami, misalnya perceraian, mengalami peristiwa traumatik, atau mengalami masalah kesehatan serius.

- Kita mempertanyakan lagi kepercayaan yang dianut, agama, ketertarikan, atau peta karier, yang berpengaruh pada cara kita memandang diri sendiri.

- Timbul keinginan untuk mencari makna, alasan, atau passion dalam hidup.

Wajar

Sebenarnya hal yang normal untuk mempertanyakan siapa diri kita, terutama karena dalam hidup kita akan terus mengalami perubahan.

Namun, jika pertanyaan itu mulai memengaruhi fungsi atau keseharian kita, kemungkinan besar kita mengalami krisis identitas.

Beberapa tipe krisis identitas akan menyebabkan penurunan kesehatan mental, apalagi bila kita memandang diri secara negatif.

Mempertanyakan lagi keberadaan diri kita memang bisa menimbulkan tekanan, tetapi sebenarnya hal yang bagus dalam jangka panjang.

Memahami diri secara lebih baik dan beradaptasi pada perubahan akan membantu kita lebih dewasa.

Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Ini Beda Meditasi dan Mindfulness

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan saat mengalami krisis identitas.

Luangkan waktu untuk benar-benar melihat ke dalam diri dan tanyakan beberapa pertanyaan tentang apa yang kamu sukai dan tidak sukai lagi.

Terus ajukan pertanyaan secara penuh kesadaran dan lihat apakah jawabannya membantu kita. Ingat, kita tak harus punya semua jawabannya - dan mungkin jawabannya akan terus berubah.

Beberapa pertanyaan yang bisa membantu misalnya:

- Karateristik dan kualitas seperti apa yang saya miliki? Adakah yang berubah dalam beberapa tahun terakhir?

- Jika kita mengalami perubahan besar dalam hidup: Bagaimana hal ini mengubah saya? Bagaimana saya menghadapinya?

- Apa minat, passion, dan hobi saya? Apakah kita melakukan apa yang kita suka? Jika tidak, mengapa?

- Apa yang membuat saya bahagia? Apa yang membuat saya merasa bermakna?

Harapan orang lain atau pun ekspektasi kita bisa berpengaruh besar pada apa yang kita rasa. Tapi, jangan biarkan standar sosial mendikte siapa kita dan apa yang kita lakukan.

Persepsi atau opini kita sendiri sangat penting pada bahagia atau tidaknya kita.

Menghabiskan waktu serta energi untuk mengikuti penilaian orang lain tak akan membawa kita ke mana pun. Dengan kata lain, jangan menaruh kebahagiaan kita dengan mengikuti penilaian orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com