KOMPAS.com - Segala hal yang dikenakan Meghan Markle selalu mampu memberi pengaruh besar dalam industri fesyen.
Secara tak langsung, Meghan telah menjadi influencer dalam dunia fesyen meski kini ia tak lagi memiliki akun media sosial.
Lalu, apakah hal yang sama juga berlaku untuk Pangeran Harry?
Selama ini, gaya berbusana wanita kerajaan memang lebih menonjol. Outift yang mereka kenakan selalu menjadi incaran publik dan ludes dalam sekejap.
Jika kita telusuri jauh sebelum adanya media sosial, para pria anggota Kerajaan Inggris bisa dikatakan sebagai influencer fesyen pertama dalam gaya berbusana.
Misalnya, Raja Edward VII, pada tahun 1900an terbiasa memakai jas dan rompi dengan kancing bagian bawah yang dibiarkan terbuka agar mudah naik kuda.
Pakar etika kerajaan William Hanson mengatakan apa yang dilakukan Raja Edward itu telah membuat banyak orang menirunya.
"Seolah-olah berkata 'Oh, kami juga cukup gemuk', dan gaya itu boleh diikuti," ucapnya.
Bahkan, tren melepas kancing bagian bawah jas masih berlaku hingga saat ini dan dianggap sebagai aturan. Raja Edward VII memang layak dijuluki influencer fesyen yang muncul jauh sebelum media sosial hadir dalam kehidupan.
Saat masih berstatus sebagai pangeran, putra kedua Ratu Victoria ini, juga pernah menciptakan tren tuxedo dengan meminta penjahit memotong bagian ekor jasnya.
Sayangnya, garis keturunan pria dari Kerajaan Inggris yang mampu memberi pengaruh pada gaya berbusana ini seolah mati bersama wafatnya Raja Edward di tahun 1910.
Sementara itu, wanita kerajaan mulai menonjol dengan outfit mantel seperti yang seringkali dikenakan oleh Kate Middleton.
Bahkan, sejak kemunculan Meghan Markle di keluarga Kerajaan, industri fesyen diwarnai dengan fenomena 'Efek Meghan'.
Efek Meghan telah membiat banyak wanita berbondong-bondong untuk mendapatkan pakaian terbaru yang pernah dipakai oleh The Duchess of Sussex.
Meski apa yang dikenakan Meghan selalu menjadi sorotan publik, apakah hal yang sama berlaku untuk Pangeran Harry? Nampaknya tren itu mulai muncul.