Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/11/2018, 11:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Kehidupan generasi sandwich memang rentan stres karena mereka harus mengurus kebutuhan orangtua dan juga anak-anak sekaligus.

Generasi sandwich menggambarkan satu orang yang bertanggung jawab dengan generasi di atasnya, yaitu orangtuanya dan di bawahnya (bisa anak atau keponakan).

"Semuanya harus diurus, mulai dari kesehatan, finansial, kebutuhan rumah tangga, membagi waktu dan perhatian, plus harus mengurus kebutuhan sendiri juga," kata psikolog Vera Itabiliana dalam acara yang diadakan oleh Beko Home Appliance di Jakarta (9/11).

Orang berusia 30-50 tahun biasanya menjalani kehidupan sebagai generasi sandwich.

"Di usia ini biasanya mereka juga ada kebutuhan punya sesuatu yang dibanggakan, bisa berupa rumah atau pekerjaan," kata Vera.

Terjebak dalam situasi harus melakukan banyak hal sekaligus, punya tanggung jawab besar, tetapi waktu sedikit, membuat generasi "terjepit" ini rentan stres.

Penelitian Asosiasi Psikolog Amerika mengungkap, 2 dari 5 laki-laki dan 40 persen perempuan generasi sandwich merasakan stres berat.

"Mereka terus merasa terburu-buru dalam menjalankan hari-harinya," kata Vera.

Kondisi serupa juga dialami Danesya Juzar, ibu dua anak laki-laki berusia 5 tahun dan setahun.

"Terkadang yang bikin stres adalah keinginan untuk mengerjakan semua sendiri. Harus mengurus rumah, mengantar anak sekolah, memasak, ditambah kewajiban untuk memberi perhatian pada orangtua," kata Danesya.

Ia menyadari kondisi "ideal" yang diharapkannya seringkali justru merusak fisik dan mentalnya, terutama ketika ada kejadian tak terduga seperti orang tua sakit atau mesin cuci mendadak mati.

Presenter Amy Zein juga memiliki perasaan serupa. "Terkadang ada rasa bersalah karena tidak bisa memenuhi permintaan anak dan orang tua," ujar ibu dua anak ini.

Baca juga: Menantu Harus Tahu, Ini Tips Atasi Persoalan dengan Mertua

Me time

Stres yang dialami generasi sandwich perlu dikelola agar tidak berpengaruh pada kondisi fisik dan mental.

Menurut Vera, sikap realistis wajib dimiliki untuk mencegah stres.

"Kalau sanggupnya hanya membersihkan rumah sekali sehari ya tidak perlu ngoyo beberapa kali mengepel, misalnya," ujarnya.

Maksimalkan lingkungan pendukung, misalnya berbagi peran dengan suami dalam mengurus rumah tangga atau minta bantuan pembantu rumah tangga.

"Kalau saya sedang banyak urusan, biasanya meminta tolong mertua yang kebetulan tinggal tidak jauh dari rumah untuk menjaga anak. Saya juga mengurangi to-do list dan memilih yang prioritas," kata Danes.

Sumber daya yang bisa diandalkan tidak hanya manusia, tetapi juga peralatan rumah tangga yang memudahkan hidup.

Selain itu, Vera juga mengingatkan pentingnya melakukan waktu sendiri (me-time) tanpa gangguan sebagai bentuk kepedulian pada diri sendiri.

"Tiap orang punya versi me-time masing-masing, tergantung ketersediaan waktu dan tempat. Tidak harus ke salon, sesederhana menyetel musik keras-keras sambil menyetir sendiri seperti yang saya lakukan,"ujar Vera.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com