JAKARTA, KOMPAS.com - Regenerasi penenun menjadi pekerjaan rumah bagi masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun.
Alih-alih meneruskan pekerjaan orangtua menenun kain, banyak anak muda yang memilih menjadi pekerja kantoran.
Meski begitu, titik terang mulai terlihat. Saat ini rupanya semakin banyak anak muda yang berminat menjadi perajin tenun.
Cita Tenun Indonesia (CTI) berkeliling Indonesia melakukan pelatihan untuk perajin tenun dalam rangka memperluas pasar lokal dan mancanegara.
Ketua CTI Okke Hatta Rajasa melihat, dari beberapa daerah pelatihan yang ada, antusiasme anak muda semakin bertambah untuk menjadi perajin tenun.
Baca juga: Mengintip Pameran dan Bazar Tenun 14 Daerah dari Cita Tenun Indonesia
"Dulu awalnya banyak yang tua karena turun temurun. Tapi sekarang alhamdulillah banyak yang muda."
Begitu kata Okke dalam pameran dan bazar yang diselenggarakan CTI di Pacific Place, Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Menurut Okke, kondisi itu terjadi karena banyak anak muda melihat pekerjaan menjadi perajin tenun bisa menjadi mata pencarian baru.
Apalagi, dalam proses membuat satu kain saja ada banyak orang yang dilibatkan di masing-masing tahapannya.
"Mereka melihat ada mata pencarian baru yang bisa menghasilkan uang," tutur dia.
Tak hanya pada usia remaja, anak-anak kecil di beberapa daerah sebetulnya juga ikut terlibat dalam proses pembuatan tenun.
Menurut Okke, anak-anak kecil biasanya ikut membantu dalam proses pengikatan.
Mereka pun senang melakukannya karena mendapat ongkos mengikat.
Lain halnya dengan di Garut, di mana para ibu muda ikut mengerjakan kain tenun di sela kesibukannya mengurus keluarga.
"Jadi usia termudanya sebetulnya bervariasi. Tapi relatif mereka tertantang mengerjakan tenun karena ada kompensasi berupa uang," kata Okke.