Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Gagal Ginjal Juga Bisa Diderita Anak-anak

Kompas.com - 16/11/2018, 20:21 WIB
Mela Arnani,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit gagal ginjal tak hanya menyerang orang dewasa, namun juga anak-anak. Salah satunya VHN (14), seorang anak yang tengah berjuang melawan penyakit gagal ginjal.

VHN terkena gagal ginjal saat usianya tujuh tahun. Padahal, sebelumnya dia dalam keadaan baik dan tidak menunjukkan suatu gejala penyakit gagal ginjal.

Hal tersebut diinformasikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada melalui situsnya, Kemkes.go.id.

Dalam informasi yang ada, dr Eka Laksmi Hidayati, Sp A (K) mengatakan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, dari 14 rumah sakit pendidikan pada 2017, terdapat sebanyak 212 anak mengalami gagal ginjal serta harus menjalani terapi penderita dan pengganti ginjal.

Untuk diketahui, gagal ginjal merupakan kelainan yang mengenai organ ginjal, di mana muncul karena berbagai faktor, seperti infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif.

Penyakit ginjal kronis timbul secara perlahan dan sifatnya menahun. Penyakit ginjal kronis pada balita paling sering disebabkan kelainan bawaan.

Baca juga: Adakah Gejala Gagal Ginjal?

Adapun kelainan bawaan tersebut seperti kelainan atau kekurangan dalam pembentukan jaringan ginjal, disertai sumbatan atau tanpa sumbatan.

Sementara penyakit gagal ginjal kronis pada anak usia lima tahun ke atas, sering disebabkan karena penyakit yang diturunkan atau penyakit didapat (misal penyakit ginjal polikistik atau glomerulonefritis kronis).

Risiko terjadinya penyakit gagal ginjal kronis dapat meningkat pada beberapa kondisi, seperti riwayat keluarga dengan penyakit ginjal genetik atau polikistik, bayi lahir prematur, anak dengan riwayat gagal ginjal akut, dan kelainan bawaan ginjal.

Tak hanya itu, infeksi saluran kemih, riwayat menderita sindrom nefrotik atau sindrom nefritis akut atau sindrom hemolitik uremik riwayat menderita penyakit sistemik (kencing manis, lupus, Henoch Schoenlein purpura, dan riwayat darah tinggi juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit gagal ginjal kronis.

Eka mengatakan, jenis gangguan ginjal secara umum berdasarkan terjadinya penyakit ada dua hal.

"Pertama, penyakit ginjal akut (penyakit ginjal timbul yang mendadak dan waktunya singkat). Kedua, penyakit ginjal kronis yang pada umumnya menetap selama lebih dari 3 bulan (tetapi banyak juga penyakit ginjal kronis yang akan dialami seumur hidup)," kata Eka dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Menurut Eka, penyakit ginjal akut tersebut umumnya penyakit yang sembuh sempurna, sehingga tidak terdapat gejala sisanya.

Penyakit ginjal kronis tidak terdapat lagi perbaikan bagi ginjal, sehingga harus dilakukan terapi seumur hidup secara terus-menerus.

Baca juga: Obesitas? Lakukan Ini untuk Cegah Penyakit Ginjal

Mengenai anak

Eka menyampaikan, penyakit gagal ginjal kronis dapat mengenai anak-anak.

"Banyak anak-anak yang sebetulnya sehat kemudian mengalami dehidrasi, misalnya karena diare berkepanjangan atau hal berat lainnya yang tidak tertangani yang menyebabkan aliran darah dari ginjal berkurang," kata Eka.

Ketika ginjal dikategorikan kronis, lanjut Eka, sebagai dokter mempunyai stadium untuk menentukan terapi yang dibutuhkan pasien.

"Saat pasien mencapai stasium 5 maka mereka membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti cuci darah dan transplantasi ginjal," ujar dia.

Dalam informasi resmi di situs Kemenkes ini turut disebutkan, salah satu gejala gangguan ginjal dapat diketahui melalui pembengkakan kaki secara simetris.

Apabila ditemukan gejala tersebut, maka harus segera ditindaklanjuti oleh petugas kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com