Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai, Jalanan Macet Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Kompas.com - 19/11/2018, 14:38 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber hellosehat

KOMPAS.com - Hidup di perkotaan membuat kita -mau tidak mau, harus mengakrabkan diri dengan kemacetan.

Ternyata, macet tidak cuma bikin kita suntuk, stres, emosi, dan terlambat ke kantor, tapi juga berpengaruh buruk untuk kesehatan.

Penelitian membuktikan, kemacetan dapat meningkatkan risiko serangan jantung.

Mengapa bisa begitu?

Ada sejumlah orang yang pernah mengalami serangan jantung nmengaku, sebelumnya mereka terjebak dalam kemacetan.

Temuan ini dilaporkan oleh para peneliti dalam Konferensi Tahunan ke-49 American Heart Association dalam simposium Cardiovascular Disease Epidemiology and Prevention.

Baca juga: Diet TLC untuk Kesehatan Jantung, Mau Coba?

Annete Peters, Ph.D., penulis utama penelitian ini yang berasal dari Institute of Epidemiology, Jerman, mengungkapkan pandangan yang menarik.

Ia menyebut, risiko orang sehat mengalami serangan jantung akibat terjebak macet, baik berkendara sendiri atau naik transportasi umum, bisa 3,2 kali lebih tinggi daripada kelompok orang yang memang sudah berisiko tinggi terhadap penyakit itu.

Risiko tinggi tersebut baik karena faktor usia, gaya hidup, maupun riwayat penyakit terkait masalah jantung lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan, sekitar delapan persen serangan jantung dalam kelompok orang sehat tersebut, dipengaruhi kemacetan lalu lintas yang dialami sebelum serangan muncul.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan, perempuan memiliki risiko serangan jantung akibat kemacetan lima kali lebih tinggi ketimbang laki-laki.

Namun, para peneliti belum begitu yakin apa penyebabnya.

Baca juga: Diet Keto, Mediterania, dan Vegan, Mana yang Terbaik untuk Jantung?

Perlu dicatat, penelitian ini tidak menyatakan macet adalah penyebab dari serangan jantung.

Kemacetan hanya salah satu dari sekian banyak faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko.

Nah, untuk mengetahui penyebab pasti dari kemunculan serangan jantung setelah terjebak kemacetan, Peters dan rekannya melakukan uji lanjutan.

Mereka bekerja sama dengan para peneliti dari University of Rochester, New York.

Ada sekitar 120 relawan sehat yang diikutsertakan dalam penelitian ini.

Para relawan kemudian dilengkapi dengan elektrokardiogram dan alat lain yang mampu mengukur paparan polusi udara dan juga kebisingan di jalanan.

Mereka diminta untuk menjalankan rutinitas hariannya seperti biasa. Sayangnya, hasil penelitian belum tersedia sehingga belum bisa diketahui apa penyebab pastinya.

Baca juga: Waspada...Serangan Jantung Intai Usia Produktif

Namun, Peters menduga, stres, kebisingan suara jalanan, dan polusi emisi gas buang kendaraan adalah faktor-faktor yang menyumbang kontribusi besar dalam meningkatkan risiko itu.

Saat macet, otomatis paparan polusi menjadi semakin banyak terhirup oleh tubuh. Tak hanya itu, stres pun memang membawa dampak negatif nyata pada tubuh secara keseluruhan.

Efek polusi dan kebisingan bagi jantung 

Polusi udara mengandung berbagai macam senyawa berbahaya untuk tubuh.

Dikutip dari laman American Heart Association, Dr. Luepker, seorang ahli epidemiologi, menyatakan, efek jangka pendek akut polusi cenderung menyerang orang-orang yang sudah lanjut usia, dan sudah memiliki penyakit jantung.

Misalnya, orang dengan aterosklerosis berisiko tinggi terkena efek polusi secara langsung.

Baca juga: Berat Badan Yo-Yo Berdampak Buruk bagi Jantung

Ketika polutan masuk ke dalam tubuh dan mengiritasi paru-paru serta pembuluh darah di sekitar jantung, maka hal ini bisa memicu serangan jantung.

Polusi juga memiliki efek peradangan pada jantung yang menyebabkan adanya masalah kardiovaskular kronis.

Dengan begitu, serangan jantung bisa dengan mudah muncul secara tiba-tiba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber hellosehat
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com