Jika Anda sudah ada pada taraf muak atau benci yang memuncak kepada pasangan, maka perceraian bisa jadi opsi yang terbaik.
Karena jika terus dipaksakan bersama, bisa jadi Anda hanya akan mendoakan hal buruk menimpa pasangan Anda.
Jangan pula habiskan waktu untuk menunggu suatu keajaiban terjadi dan mengubah nasib pernikahan Anda.
Anda memiliki kuasa, buatlah suatu keputusan lalu bertindak.
Ketika menjalani rumah tangga dan Anda menemukan beberapa hal yang membuat tidak nyaman, maka coba perbaikilah.
Kurangi kebiasaan Anda yang kerap menimbulkan masalah dengan pasangan. Atau, Anda bisa juga lakukan hal-hal tertentu agar pasangan tidak melakukan lagi hal yang tidak Anda sukai darinya.
Misalnya, suami adalah seorang perokok, sementara Anda tidak menyukai asap dan bau rokok, maka buatlah perjanjian dengannya untuk tidak merokok di sekitar Anda.
Jelaskan bahwa Anda tidak menyukai apa yang ia lakukan. Hal ini bukan berarti Anda membatasi geraknya, akan tetapi mencoba menegosiasi agar dua kepentingan tetap dapat berjalan bersama.
Anda bebas dari asap dan bau rokok, suami Anda tetap dapat melakukan apa yang disukainya.
Namun, apabila hal ini tidak juga berjalan efektif maka berpikir untuk berpisah tidak dapat dipersalahkan. Hal itu demi menghormati diri Anda pribadi.
Memutuskan untuk tetap bertahan dalam kondisi rumah tangga yang tidak baik, bukan tidak mungkin akan merenggut kebahagiaan, kebebasan, dan kesehatan fisik Anda sebagai seorang manusia.
Bisa dibayangkan, apa jadinya ketika kita harus bertahan dan melewatkan sisa usia dengan seseorang yang tidak bisa membuat bahagia.
Hanya emosi yang muncul jika Anda melihat keberadaannya, prasangka buruk selalu timbul atas apapun aktivitasnya. Atau Anda mengetahui fakta ia mencurangi Anda untuk waktu yang lama di belakang. Hal itu pasti akan menimbulkan rasa sakit hati yang besar.
Jika semua itu sudah merenggut kebahagiaan dan kesehatan hidup Anda, maka ambillah keputusan. Jangan korbankan sesuatu yang seharusnya masih dapat Anda pertahankan.