Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/11/2018, 07:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com —  Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk bersyukur, dimulai dari kebiasaan mengucap "terima kasih" ketika mendapat sesuatu atau bantuan.

Teman yang baik, keluarga, rumah, dan kebaikan orang lain adalah sebagian dari nikmat yang perlu kita syukuri setiap hari.

Kini para ilmuwan menemukan bahwa rasa syukur bisa meningkatkan kesehatan mental dan fisik.

"Perasaan bersyukur setiap hari seperti vitamin bagi tubuh," kata profesor psikologi David Desteno, PhD, dari Universitas Boston, Amerika Serikat.

Destono tidak hiperbolik. Penelitian membuktikan kaitan erat antara orang yang selalu bersyukur dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan kualitas tidur, dan masih banyak lagi.

Penelitian selama 15 tahun yang dilakukan profesor psikologi Robert Emmons menunjukkan hal tersebut.

Dalam satu penelitiannya, ia meminta sekelompok partisipan studi untuk menuliskan 5 hal yang mereka syukuri seminggu sekali selama 10 minggu.

Hal-hal "sederhana" seperti; sinar matahari yang hangat, menjadi seorang kakek, ataupun mendapat uang tambahan, merupakan ungkapan syukur yang dicatat para partisipan.

Di akhir penelitian, orang yang rajin menuliskan hal yang disyukuri merasa tingkat kebahagiaannya naik 25 persen.

Bukan hanya itu, perasaan syukur atas kehidupan yang dimiliki juga mendorong mereka untuk menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara rutin berolahraga. Keluhan fisik akibat gangguan kesehatan pun berkurang.

Penelitian lain yang dimuat di Journal of Health Psychology juga menunjukkan, perasaan syukur membuat para partisipan tidur lebih nyenyak dan tekanan darahnya turun.

Baca juga: 8 Cara Mencintai dan Bersyukur atas Bentuk Tubuh Sendiri

Kondisi waspada

Selain kaitan erat antara tubuh dan pikiran, ternyata ada penjelasan mengapa perasaan bersyukur menyehatkan.

Ketika kita merasa tegang dan kelelahan, entah karena tenggat pekerjaan atau masalah keluarga, sistem saraf kita akan berada dalam kondisi waspada.

Kondisi itu juga membuat hormon kortisol membanjiri tubuh yang akhirnya memicu gangguan kesehatan. Misalnya saja tekanan darah naik, susah fokus, hingga inflamasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com