KOMPAS.com - Industri fesyen, menjadi salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia. Salah satunya tentu saja limbah pembuatan sepatu kulit.
Setidaknya, 90 persen sepatu kulit yang diproduksi di dunia diproses secara kimiawi, dan menggunakan bahan yang berdampak buruk bagi alam, dan -tentu saja, manusia itu sendiri.
Berangkat dari kenyataan itu, seorang pemuda asal Bandung, Rowland Asfales, tergerak untuk memproduksi sepatu "ramah lingkungan" yang diberi nama PijakBumi.
“PijakBumi hadir merespons isu lingkungan melalui produk ramah lingkungan sekaligus fashionable,” ujar Rowland kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
PijakBumi menggunakan bahan ramah lingkungan. Sepatu dibuat dari bahan kulit natural yang disamak dengan ekstrak tumbuhan.
“Tumbuhannya bernama kenaf. Tumbuhan ini mengeluarkan oksigen delapan kali lebih banyak dibanding pohon lainnya."
"Kenaf tumbuh di daerah tropis. Kami menenun kenaf dengan benang-benang,” tutur dia.
Sehingga, kulit sepatu tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Bahkan, bahan ini memiliki keunikan, yakni warna yang bisa berubah seiring waktu dan pemakaian.
Baca juga: Acara Pameran Sneakers Memang Harusnya Gratis...
Misal, saat pertama dibeli, kulit sepatu berwarna coklat muda. Namun seiring waktu dan pemakaian, kulit bisa berubah menjadi coklat tua, hingga coklat kehitaman.
Hal tersebut terjadi karena kulit yang digunakan tidak melalui proses chemical seperti sepatu pada umumnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.