Karena itu pula, sepatu PijakBumi tidak banyak memperlihatkan jahitan. Sepatunya lebih mengandalkan proses cutting yang halus.
“Kami mereduksi penggunaan lem 60 persen, tidak ada chemical yang digunakan dalam proses assembling,” ucapnya.
Lewat semua proses ini, ia sekaligus ingin mengampanyekan pentingnya menjaga lingkungan.
“Melalui PijakBumi kami berharap bisa menginspirasi generasi muda untuk bersama-sama bertanggung jawab terhadap alam, demi menciptakan bumi yang lebih baik,” ungkap dia.
Dari sisi desain, ia mengeluarkan kesan klasik dan simpel dengan sentuhan kontemporer.
Sepatu ini unisex dengan bidikan pasar generasi milenial usia 18-34 tahun.
Hingga kini, sepatu ini tak hanya diminati oleh pasar dalam negeri.
Rowland mengaku sudah menjual produknya ke luar negeri. Bahkan sepatu pertama buatannya dibeli orang Jerman, dan sepatu keduanya dibeli orang Spanyol.
Baca juga: Ajang Sneakerpeak Kemang Quatro, Tak Cuma untuk Berburu Sneakers...
“(PijakBumi) menembus pasar lokal dan internasional. PijakBumi ingin dikenal sebagai sepatu dari Indonesia yang meminimalisir limbah, energi, emisi, dan berprinsip pada suistanable,” cetus Rowland.
Mengenai nama Pijakbumi, Rowland mengaku ide itu muncul dari sebuah riset.
Dalam riset tersebut -ketika seseorang stres, maka berjalanlah tanpa alas kaki untuk menetralkan diri.
Dengan filosofi tersebut, ia berharap para pengguna sepatu Pijakbumi merasakan proses penetralan diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram