Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Produksi Sepatu Ramah Lingkungan “Pijakbumi” di Bandung

Kompas.com - 26/11/2018, 12:01 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Romi, terlihat asik di tempat kerjanya, di workshop Pijakbumi, Jalan Srielok, Regol, Kota Bandung.

Ia duduk di atas bangku kecil. Matanya fokus pada kain kanvas alami yang dipegangnya.

Kurang dari satu menit, dia sudah berhasil merekatkan kain kanvas ke cetakan sepatu.

Ia kemudian mengambil alat penarik kain. Ditariknya kain tersebut hingga menutupi cetakan sepatu kayu dengan rapi.

Untuk menguatkan, ia menggunakan palu dan memukulkan pada beberapa titik rekatan kain.

“Kain sehalus ini (kanvas organik) akan susah dibentuk rapi jika menggunakan mesin."

"Namun karena dikerjakan dengan tangan, jadi gampang,” ujar Romi kepada Kompas.com, belum lama ini.

Baca juga: Mengenal PijakBumi, Sepatu Ramah Lingkungan dari Kota Bandung...

Pengerjaan sepatu Pijakbumi memang 99 persen menggunakan tangan (hand made). Mereka pun hanya menggunakan mesin kaki, dan mereduksi 60 persen lem dalam produksinya.

Bahan yang digunakan pun terbilang ramah lingkungan.

Atep, perajin yang duduk di samping Agus, lalu memperlihatkan berbagai bahan yang digunakan Pijakbumi.

“Ini kulit mentah yang kami gunakan. Ini dari sabut kelapa. Kalau sol ini recycle ban bekas dan ini latex untuk sol juga,” katanya.

Selain itu, terdapat berbagai bahan anyaman dari bambu serta beberapa material yang bersumber dari tumbuhan seperti kenaf.

Semua material tersebut tidak melalui proses chemical yang bisa membahayakan lingkungan, manusia, maupun perajinnya itu sendiri.

Proses bebas chemical ini membawa keunikan tersendiri. Seperti pada sepatu berbahan kulit. Sepatu akan berubah warna seiring waktu dan pemakaian.

Desain

Founder Pijakbumi, Rowland AsfalesDok Pijakbumi Founder Pijakbumi, Rowland Asfales

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com