Keunikan lain dari sepatu Pijakbumi ada pada desain. Secara bentuk, Pijakbumi terinspirasi desain minimalis.
“Banyak roots-nya ke Jepang dan Scandinavian,” ujar Founder Pijakbumi, Rowland Asfales kepada Kompas.com.
Desain ini banyak diminati orang. Bahkan, pernah menjadi finalis Good Design Indonesia (GDI).
Salah satunya sepatu seri Atlas bersama Gene Sneakers. Sepatu tersebut berbahan kulit samak nabati dan prototype sepatu dari anyaman bambu.
Baca juga: Dengar Harga Sepatu Exodos57 Rp 2,9 Juta, Presiden Jokowi Protes
“Sudah ada 30an desain. Dibagi ke dalam dua segmen yakni high end dan low end,” ungkap dia.
Untuk high end, desain keluar setiap enam bulan sekali. Sedangkan low end keluar setiap dua bulan sekali.
“Harganya berkisar Rp 355.000-Rp 1,8 juta, dengan menyasar generasi milenial usia 18-34 tahun,” ucapnya.
Tahun depan, dia mengaku akan fokus di dua segmen dengan pendekatan dan penetrasi yang berbeda.
Pijakbumi akan fokus dulu di pasar lokal, karena pasarnya sangat besar dan menjanjikan. Walaupun pembeli Pijakbumi datang dari lima benua.
View this post on Instagram
Rowland mengatakan, selain memasarkan sepatu, Pijakbumi juga mengampanyekan ramah lingkungan, dan mari bersama-sama menyelamatkan bumi.
“Peran sosmed sangat membantu kami untuk bisa engagement customer maupun calon customer kami dengan membagikan awareness akan sustainable living,” ungkap dia.
Pada sepatunya, Rowland memberikan informasi tentang kampanye yang dilakukan. Itu terlihat di dalam sepatunya.
“Ada tulisan: thanks for being involved in the circle of goodness to make the better world. #temanmelangkah,” kata dia.
Baca juga: Acara Pameran Sneakers Memang Harusnya Gratis...
Ramah lingkungan ini pun tidak hanya didapatkan dari proses pola, assembling, hingga finishing, bahkan packaging pun dibuat ramah lingkungan dengan memerhatikan estetika.
Rowland mengaku tak akan lelah mengampanyekan produk ramah lingkungan. Sebab dunia fesyen merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia.
Sebagian besar sepatu kulit yang diproduksi di dunia diproses secara kimiawi, dan menggunakan bahan yang berdampak buruk bagi alam dan manusia.
Belum lagi banyak pakaian, sepatu, celana, dan fesyen lainnya yang berakhir hanya menjadi sampah karena tidak atau sulit diolah kembali.
“Mari kita selamatkan bumi,” kata Rowland.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram