Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Operasi Peremajaan Vagina karena Pengaruh Selebriti

Kompas.com - 27/11/2018, 19:35 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Istilah "peremajaan vagina" dalam beberapa waktu terakhir terdengar cukup akrab di telinga setelah beberapa artis menjalankan prosedur tersebut.

Fenomena itu ternyata berpengaruh terhadap keinginan banyak orang untuk melakukan prosedur yang sama.

Ahli kebidanan dan kandungan di Bamed Women's Clinic, dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG mengatakan, hal itu juga dialami di klinik tempatnya praktik.

Bahkan, tak sedikit yang sebenarnya tak mengalami masalah kewanitaan apapun dan sekadar ingin ikut-ikutan.

"Karena melihat si artis mengerjakan lalu ingin seperti artis itu. Padahal begitu kami lihat ternyata tidak perlu," kata Yeni dalam sebuah konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/11/2018).

Menurutnya, peremajaan vagina biasanya dilakukan karena ada indikasi medis, bukan hanya karena alasan estetika.

Indikasi medis atau masalah yang dimaksud, misalnya sensasi berhubungan seksual yang berkurang, vagina longgar, nyeri pada saat berhubungan, vagina kering, mudah mengompol ketika batuk atau tertawa, vagina basah, dan lainnya.

Pada prinsipnya, kata Yeni, ketika tidak ada keluhan yang dirasa kemungkinan tidak ada masalah yang terjadi dan tidak diperlukan perawatan khusus.

Sebab, vagina memiliki cara sendiri untuk membersihkan dan menjaga flora normalnya agar berfungsi secara normal.

Baca juga: Tidak Ada Bentuk Vagina yang Ideal, Apa Alasannya?

Namun, meski banyak pasien yang datang karena tahu jenis perawatan tersebut dari artis, banyak pula dari mereka yang kemudian merasa kepercayaan dirinya meningkat sebab mengetahui bahwa organ kewanitaannya dalam kondisi baik.

"Kami bukan tolak dia, tapi kami membangkitkan kepercayaan diri dia karena belum perlu untuk melakukan hal itu," ucap Yeni.

Jika pasien memang merasa perlu melakukan peremajaan vagina, Yeni menyarankan agar pasien memastikan terlebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan prosedur yang dilakukan.

Misalnya, mulai dari memastikan peralatan yang digunakan, latar belakang pendidikan dokter yang menindak, lama masa praktek dokter tersebut, hingga sejauh mana pengalamannya.

"Itu adalah pertanyaan-pertanyaan wajar. Kalau dokternya terbuka, dia tidak akan marah ditanya oleh pasien karena pasien harus yakin bahwa yang melakukan adalah tenaga ahli," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com