Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sagara, Sepatu Boots Premium "Tanah Air" yang Berkualitas Hermes...

Kompas.com - 30/11/2018, 21:25 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kendati mungkin tak sejenis untukmembandingkan Sagara dengan merek dunia Hermes, tapi tak salah juga untuk menyebut label lokal itu memiliki kualitas yang setara.

Satu di antaranya soal material dasar yang digunakan.

Ditemui di sela gelaran Wall of Fades 2018, pendiri Sagara Bagus Satrio mengungkapkan demi menjaga kualitas, ia tak mau tanggung-tanggung dalam memilih bahan.

Perancis dan Italia adalah negara yang dipilih Sagara mengimpor sejumlah bahan, termasuk beberapa jenis kulit seperti bull hide, bison, dan sapi.

Bahkan, kata Bagus, ia mengambil bahan dari produsen yang juga menyuplai material ke Hermes.

Pendiri Sagara Boot Maker, Bagus SatrioKOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Pendiri Sagara Boot Maker, Bagus Satrio

"Jadi kami ibaratnya pakai kulit yang sama dengan tas-tasnya Hermes," ujar Bagus kepada Kompas.com, Jakarta, Kamis (29/11/2018).

Apa yang dilakukan Bagus merupakan bagian mewujudkan impiannya, yakni menggabungkan konsep manly pada siluet sepatu dengan bahan mewah. 

Representasi bahan berkualitas lain yang dipakai Sagara adalah cordovan leather yang diambil dari Italia.

Cordovan merupakan bahan kulit yang sering dipakai dalam pembuatan sepatu high-end.

"Sepatu yang pakai bahan ini boleh dibilang anti-kerut," katanya.

Soal sol Sagara juga punya pilihan apik, yakni Dr. Sole.

Menurut Bagus, sol ini memiliki kualitas lebih baik dibanding pesaingnya, pun termasuk soal desain.

"Tapi kami juga bikin karet sol sendiri yang diaplikasikan di beberapa sepatu," ungkap Bagus.

Bahan berkualitas saja tak cukup, sebab butuh perajin yang mumpuni. Ini juga yang menjadi prinsip bagi Bagus di dalam Sagara.

Dimulai dari satu perajin, kini sudah ada 10 orang yang ikut Bagus dalam mendesain sepatu boots Sagara.

Menurut pria yang sudah menggeluti industri alas kaki sejak 2006 itu, perajin adalah investasi terbesar bagi Sagara. Sebab, sepatu Sagara dibuat secara handmade

Koleksi Sagara Boot MakerKOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Koleksi Sagara Boot Maker

"Karena itu, saya selalu ajarkan perajin untuk tetap mempertahankan kualitas produk," katanya.

Bagi Bagus, sepatu yang berkualitas juga harus diikuti oleh desain. Untuk mendukung realisasi ide-idenya, boots Sagara, kata Bagus, terinspirasi dari desain klasik era 1940-1960.

Pada tahun-tahun itu, katanya, sepatu memiliki kualitas mumpuni, mulai dari segi desain dan bahan.

"Selain itu, saya juga suka dengan sepatu boots heritage," katanya.

Rambah Asia Tenggara

Pelanggan sedang menjajal sepatu boots Sagara di Wall of Fades 2018KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Pelanggan sedang menjajal sepatu boots Sagara di Wall of Fades 2018

Sejak berdiri tahun 2010, Bagus langsung menempatkan Sagara pada kelas premium. Harga yang dipatok Sagara saat kali pertama rilis adalah Rp 2 juta.

Bagus mengakui, bukan perkara mudah saat kali pertama mengenalkan Sagara. Apalagi dengan harga tinggi, ia mengklaim banyak yang belum memercayai produk lokal.

Salah satu cara yang dilakukan Bagus yakni dengan masuk ke komunitas, salah satunya Darahkubiru.

Di sana, Bagus tak sekadar mengenalkan Sagara, juga memberikan edukasi soal sepatu boots.

"Pengenalan itu bagian untuk memberikan kepercayaan ke pelanggan kalau memang saya mengerti," katanya.

Koleksi Sagara Boot MakerKOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Koleksi Sagara Boot Maker

Berangkat dari usaha itu, nama Sagara pun mulai naik daun.

Kini, koleksinya tak hanya dilirik lokal, juga pasar mancanegara. Pada tahun 2012, cerita Bagus, Sagara mulai merambah pasar Inggris.

Namun distribusi tersebut terpaksa berhenti dan pindah ke Singapura.

Alasannya, bukan karena sepi peminat, melainkan keterbatasan produksi.

Dengan perajin saat ini, setiap bulan Sagara hanya mampu memproduksi 40-50 pasang sepatu.

Di sisi lain permintaan terus meningkat, khususnya jika dia menaruh di ritel.

"Kendati demikian, kami tetap melayani direct selling, meskipun harus menunggu tiga bulan jika memilih made to order (MTO). Tapi kalau yang ready stock juga ada," kata Bagus.

Selain Singapura, Bagus juga bercita-cita merambah pasar Asia Tenggara yang disebut-sebut potensial.

Kendati demikian ia mengakui, ada keterbatasan bahasa, sehingga masih harus memiliki formula yang tepat dalam menggapai cita-cita itu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com