JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) kerap menggiurkan sejumlah orang.
Selain karena potongan harga, ada juga tawaran-tawaran menarik lain yang menjadi alasan Harbolnas ditunggu-tunggu.
Diperkirakan, Harbolnas tahun ini akan terjadi peningkatan nilai transaksi dari tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan nilai transaksi tersebut berbanding lurus dengan besarnya animo masyarakat dalam menyambut pesta belanja online tahunan ini.
Pada tahun 2017, misalnya, Harbolnas diikuti oleh 254 e-Commerce dengan total transaksi mencapai Rp 4,7 triliun atau 4,2 kali lipat dibandingkan transaksi hari biasa.
Nilai transaksi tersebut mengalami lonjakan Rp 1,4 triliun dari tahun sebelumnya.
Dengan lebih dari 300 e-commerce yang mengikuti pesta belanja online pada tahun ini diperkirakan total transaksi mampu menyentuh angka Rp 7 triliun.
Gegap gempita promosi dari pelaku e-commerce serta animo yang sangat besar dari masyarakat diiringi peningkatan signifikan transaksi tiap tahunnya memperlihatkan besarnya kemungkinan konsumen berperilaku konsumtif.
Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, terkadang masyarakat berpikir Harbolnas adalah kesempatan sekali dalam setahun yang harus dimanfaatkan sebanyak mungkin demi memperoleh penawaran terbaik.
"Padahal tidak semua pembelian ini akan berujung pada sebuah keputusan yang cerdas dan tepat, terutama apabila kesehatan keuangan masing-masing tidak ditinjau secara menyeluruh," ujar Johanna dalam keterangan pers kepada Kompas.com, Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Perilaku impulsif yang didorong dengan berbagai kemudahan saat berbelanja online seringkali menimbulkan masalah keuangan baru kedepannya, seperti membengkaknya tagihan kartu kredit hingga nekat berutang demi barang yang tidak terhitung kebutuhan primer.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.