Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/12/2018, 09:24 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Diet jus dalam beberapa waktu terakhir ramai diperbincangkan. Tak sedikit pula figur publik yang menerapkannya dan berhasil mempertahankan bentuk tubuh ideal.

Pada dasarnya, diet dengan mengandalkan jus buah dan sayuran ini dianggap bisa menurunkan berat badan dan juga detoksifikasi tubuh.

Diet jus juga terdengar mudah karena orang yang mengerjakan hanya perlu mengkonsumsi jus sayur dan buah.

Namun, apakah jenis diet ini efektif atau justru membahayakan bagi tubuh?

Nutrisionis Jansen Ongko, M.Sc, R.D menjelaskan, program makan bersih bisa dilakukan asal asupan gizi setiap hari terpenuhi.

Jika yang dikonsumsi hanya jus saja, seseorang akan kekurangan asupan nutrisi. Sebab nutrisi yang terkandung dalam sayur dan buah hanya didominasi karbohidrat, vitamin dan mineral.

"Itu kurang karena yang penting protein. Karena sumber gizi pertama yang harus terpenuhi adalah protein dan cairan. Cairan sudah masuk zat gizi."

Hal itu diungkapkan Jansen pada acara peresmian fasilitas Cold-Pressed Juice dengan teknologi high pressure dari Re.Juve di Cikupa, Banten, Rabu (12/12/2018).

Baca juga: Buah dan Sayuran yang Sebaiknya Tak Dibuat Jus

Mereka yang menerapkan detoksifikasi dengan mengkonsumsi jus saja menurutnya tidak sehat. Apalagi jika tujuannya untuk menurunkan berat badan.

Sebab, ketika seseorang mau menurunkan berat badan, yang harus dilakukan adalah membakar lemak. Sedangkan lemak merupakan cadangan energi yang dapat hilang ketika energi digunakan.

Sementara hal-hal yang termasuk detoksifikasi antara lain buang air kecil, buang air besar, keringat, dan nafas.

Untuk membuat detoksifikasi berjalan alami, cukuplah dengan menjaga agar organ tubuh kita sehat.

"Seperti paru, pencernaan, liver, ginjal. Selama organ sehat artinya detoksifikasi baik. Tidak usah pakai suplemen, program detoks untuk detoksifikasi racun," tutur lulusan ilmu gizi di jurusan Nutrition, Diatetics and Food Science di California State University itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com