Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marah Tak Selalu Negatif, Ini 4 Manfaat Positifnya

Kompas.com - 14/12/2018, 09:59 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber menshealth

Ia melakukan survei untuk mencari tahu seberapa sering seseorang marah dan menanyakan pengalaman yang membuat mereka marah.

Averill mengungkapkan bahwa orang-orang yang marah cenderung bisa memecahkan masalah dengan baik. Salah satu kasusnya adalah seorang remaja yang mendapatkan keleluasan jam malam lebih setelah marah pada orangtuanya.

"Pada kasus yang luas, kemarahan bisa membuat semua pihak menjadi mau mendengarkan, cenderung bicara jujur, serta lebih akomodatif terhadap komplain orang lain," tulis Duhigg.

Meski begitu, intensitas kemarahan penting pula untik diperhatikan.

Awal tahun ini, para peneliti dari Rice University menemukan bahwa orang-orang yang marah dengan intensitas moderat lebih mampu menegosiasikan keinginannya daripada mereka yang sangat marah atau hanya sedikit marah.

Para peneliti meyakini bahwa orang-orang yang marah dengan intensitas moderat lebih dipandang sebagai figur yang kuat. Sedangkan orang-orang yang mengekspresikan kemarahannya secara ekstrim dipandang tidak pantas.

3. Kemarahan memunculkan motivasi

Kemarahan bisa membuat seseorang termotivasi, baik memulai proyek baru atau membuat perubahan karena perasaan tersebut bak bahan bakar untuk motivasi.

Duhigg memandang fenomena ini pada politik Amerika. Ia percaya bahwa politisi sukses akan menang karena mereka memanfaatkan kemarahan orang lain dan menginspirasi mereka untuk memberikan suaranya.

Menurut laporan Duhigg, itulah mengapa Averill tidak pernah mengabaikan posisi Presiden Donald Trump sebagai kandidat yang tidak terlalu disukai.

Tidak ada yang membantah bahwa hasil pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016 menyebabkan kemarahan.

Sesaat setelah pelantikan Trump, kemarahan Amerika membuat orang-orang protes dan turun ke jalan. Di seluruh dunia, lebih dari lima juta orang juga melancarkan protes untuk mengadvokasi hak perempuan pada Januari 2017.

Tapi tidak semua stimulasi kemarahan harus bersifat besar. Menurut Yeager, kemarahan bisa saja sekadar memicu kreativitas di tempat kerja dan membuat kita mampu membangun inisiatif atau kampanye tertentu.

"Jika kamu membiarkan kemarahanmu lepas, kamu memahami bahwa akan ada kemungkinan perubahan," kata Yeager.

"Banyak orang terjebak pada hal-hal yang biasa mereka lakukan. Seringkali tak ada kreativitas yang muncul pada kondisi tersebut."

Halaman:
Sumber menshealth
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com