JAKARTA, KOMPAS.com - Lemak seringkali dijadikan "kambing hitam" atas munculnya beragam penyakit atau kenaikan berat badan. Padahal, lemak tak sepenuhnya buruk.
Kita harus memahami bahwa lemak adalah bagian dari makronutrien atau nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar.
Jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh adalah sekitar 30 persen. Namun, pastikan lemak yang dikonsumsi adalah lemak baik.
"Orang terlalu takut dengan lemak. Padahal, faktanya 30 persen dari pola makan kita harus datang dari kemak. Untuk atlet, kalau fat nggak masuk akan jadi masalah. Lemak ttidak pernah turun di bawah 25 persen."
Hal itu diungkapkan oleh pakar nutrisi olahraga dan pencegahan penyakit Emilia Elfiranti Achmadi dalam sesi wawancara khusus bersama Bertolli di Plaza Senayan, Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Lemak sendiri terdiri dari tiga jenis, yakni monounsaturated fat (lemak tak jenuh tunggal), polyunsaturated fat (lemak tak jenuh jamak) dan saturated fat (lemak jenuh).
Lemak jenuh adalah yang banyak digunakan di Indonesia dan sebetulnya tidak baik bagi tubuh. Masalah kesehatan yang disebabkan oleh lemak jenuh, antara lain ateroklerosis, radang persendian, penyakit jantung, dan lainnya.
Emilia bahkan melarang beberapa atlet yang ditanganinya untuk mengkonsumsi lemak jenuh ketika sedang menjalani pola latihan yang padat.
"Karena mengakibatkan radang, infeksi berkepanjangan. Pemulihan untuk sesi latihan berikutnya akan lebih lama," tuturnya.
Lemak jenuh terdapat pada daging merah, keju, mentega, minyak kelapa, minyak sawit, dan lainnya.
Baca juga: Dilema Turunkan Berat Badan, yang Hilang Bukan Lemak tapi Otot
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.