Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Seratusan Anak Muda Rayakan Tahun Baru dengan Parade Gamelan

Kompas.com - 02/01/2019, 21:47 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com – Ada yang berbeda dengan perayaan tahun baru 2019 di Pendapa Gasebu, Dusun Tegalcorocanan, Desa Solodiran, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Jika momen pergantian tahun biasanya identik dengan kembang api, maka perayaan tahun baru di sana dilakukan melalui media kesenian tradisional yang dikemas dalam acara Parade Gamelan.

Tak hanya sekadar penampilan kesenian gamelan, satu hal spesial dari acara ini adalah pesertanya yang sebagian besar adalah anak muda. Pada gelaran Parade Gamelan ke-8 ini, ada 21 tim yang tampil dengan total jumlah peserta lebih dari 100 orang.

Tim penampil pun sebagian besar dari kalangan mahasiswa, seperti UKJGS, Prasasti jurusan Sastra Inggris, Gamasutra jurusan Sastra Jawa, Psychorawitan jurusan Psikologi dari UGM.

Penampil dari mahasiswa lainnya adalah Kamasetra, PBD, dan Psikologi dari UNY, Kalimasada UIN Sunan Kalijaga, Teater Lilin UAJY, Sentakamudya UMY, serta Gending Bahana UAD.

Selain itu, ada pula tim penampil dari kalangan pelajar, yakni SMA 9 Yogyakarta, SMKN 2 Depok, SMKN 2 Yogyakarta, SD Budi Mulia Dua, dan Muhammadiyah Boarding School Pleret.

Tim penampil lainnya adalah Gayatri dari masyarakat sekitar, Gemahan Bantul, Omah Gamelan Bantul, dan Sanggar Seni Pulung Sari.

Jalannya parade gamelan pun begitu menarik. Opini bahwa gamelan identik dengan mengantuk, tuaan, dan tidak gaul seolah tidak berlaku di acara ini.

Sebaliknya, sajian musik gamelan yang ditampilkan peserta merupakan garapan dan aransemen yang enerjik, sesuai jiwa anak muda.

Jalannya acara dimulai dengan sarasehan budaya dengan seniman musik gamelan asal Yogyakarta, Ishari Sahida atau yang biasa disapa Ari Wulu pada pukul 12.30 WIB. Ada pula pameran berbagai alat musik nusantara seperti angklung.

Pesta othok-othok

Usai sarasegan budaya, parade gamelan kemudian dimulai pukul 14.15 WIB yang terus berjalan sampai malam dengan jeda istirahat ketika waktu salat Ashar, Maghrib, dan Isya.

Jalannya parade berakhir sekitar pukul 23.30 WIB dengan penampilan tim Pradangga Sastra Inggris UGM dengan karya Campuh ciptaan seniman gamelan, Nanang Karbito. Jalannya sajian karya Campuh menggunakan kedua laras gamelan, slendro dan pelog.

Pesta Othok-othok di Acara Parade Gamelan 8 dalam rangka perayaan tahun baru 2019.Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Pesta Othok-othok di Acara Parade Gamelan 8 dalam rangka perayaan tahun baru 2019.

Momen pergantian tahun kemudian dirayakan dengan pesta othok-othok dan jamming sesion gamelan. Selain untuk memeriahkan acara, othok-othok dipilih untuk mengenalkan kembali masyarakat dan penonton kepada mainan tradisional itu.

Panitia pun turut membuat dua othok-othok raksasa dari galon dan kaleng besar. Keduanya kemudian dibunyikan di atas panggung bersama penonton ketika momen pergantian tahun.

Wadah kreativitas pencinta gamelan

Menurut penanggung jawab dan inisiator acara, Sukisno, Parade Gamelan ini merupakan acara tahunan untuk mewadahi kreativitas para pencinta gamelan, terutama mereka yang bukan dari kalangan seniman atau lulusan sekolah dan perguruan tinggi seni.

“Sekarang ini gamelan banyak dicintai oleh para kawula muda yang justru malah bukan dari orang-orang seni. Ini sangat membanggakan sekali sehingga gamelan tidak hanya berkembang di satu kelompok,” ujar dia.

Seniman yang juga akrab dipanggil Ki Sukisno ini melanjutkan, munculnya banyak kelompok membuat gamelan tidak hanya menjadi milik orang karawitan, tetapi juga milik orang-orang nonseni, misal para mahasiswa jurusan Sastra Inggris dari UGM.

Ke depannya, ia berharap agar acara Parade Gamelan tidak hanya menampilkan gamelan Jawa, tetapi benar-benar menjadi parade gamelan Indonesia yang juga menampilkan gamelan lainnya di NKRI seperti Bali, Sunda, Banyumas, dan Banyuwangi.

“Kalau itu bisa terwujud, Indonesia ini rukun, harmoni, bersatu dalam Parade Gamelan,” ujar Ki Sukisno.

Penampilan salah satu peserta Parade Gamelan 8Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Penampilan salah satu peserta Parade Gamelan 8

Namun untuk mewujudkannya, ia menyampaikan bahwa butuh perhatian dan bantuan dari berbagai pihak. Seniman lulusan ISI Yogyakarta itu juga berharap agar Parade Gamelan bisa mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat.

Sementara itu pelatih tim Pradangga Sastra Inggris dan Psikologi UGM, Nanang Karbito yang rutin berpartisipasi sejak Parade Gamelan pertama di Balai Budaya Minomartani, Sleman berharap agar acara seperti ini bisa digelar di lokasi yang straregis.

Ia mencontohkan, jika bisa diadakan di lokasi seperti Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM, maka acara ini akan lebih banyak menarik animo penonton, terutama mahasiswa sekitar kampus untuk hadir.

Namun senada dengan Ki Sukisno, untuk mewujudkannya dibutuhkan perhatian dan bantuan dari berbagai pihak untuk pendanaan karena Parade Gamelan sejatinya merupakan acara sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com