Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghasilan Anjlok Bisa Picu Penyakit Jantung, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 08/01/2019, 19:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Time

KOMPAS.com - Masalah keuangan menjadi salah satu sumber kecemasan yang paling umum, serta bisa berdampak buruk terhadap kesehatan jantung.

Hal ini tidak hanya terjadi pada orang berusia lanjut, namun juga mengancam mereka yang berusia muda.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation, para ilmuwan mengumpulkan data dari sekitar 4.000 orang selama 15 tahun.

Data itu merekam keadaan para responden mulai dari ketika mereka berusia 23-35 tahun.

Kepada para responden di awal fase penelitian, para ilmuwan menanyakan data penghasilan mereka.

Selanjutnya, pertanyaan serupa disampaikan sebanya empat kali pada sepanjang periode penelitian.

Baca juga: Peliharalah Kebiasaan Sederhana Ini, demi Jantung yang Sehat...

Selain itu, para ilmuwan juga menganalisa rekam medis penyakit jantung, dan kematian para partisipan.

Selama periode itu, para peneliti menemukan, mereka yang memiliki pendapatan yang berubah-ubah, -terutama yang lebih sering anjlok, cenderung memiliki risiko penyakit jantung dua kali lipat lebih tinggi.

Bahkan mereka memiliki risiko kematian dini dua kali lebih tinggi ketimbang kelompok lainnya yang memiliki pendapatan lebih stabil. Tamuan dalam penelitian ini dilansir di laman Time.

Kebanyakan partisipan yang memiliki pendapatan tidak stabil adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan, atau gajinya berkurang setelah berganti pekerjaan.

Para peneliti juga fokus kepada orang-orang yang kehilangan 25 persen atau lebih pendapatannya.

Dari sana didapatkan, baik volatilitas maupun pengurangan pendapatan sama-sama berdampak pada peningkatan risiko penyakit jantung.

Baca juga: Mengapa Harus Tetap Aktif Setelah Terkena Serangan Jantung?

Ragam risiko itu berupa serangan jantung, stroke, hingga gagal jantung, sama seperti risiko kematian dini.

Temuan efek tersebut tergolong mengejutkan bagi para ilmuwan.

"Kami berasumsi, penurunan pendapatan atau perubahan pendapatan yang tidak stabil mungkin berdampak buruk bagi kesehatan karena dianggap memicu stres."

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber Time
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com